Jakarta (ANTARA News) - Temuan 2.939 item atau 72.814 kemasan pangan tidak layak oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada akhir tahun 2014 menurun dibandingkan tahun lalu.
"Ada kemajuan yang berarti dibandingkan tahun lalu, yaitu perbandingan temuan pangan pada intensifikasi pengawasan pangan Natal 2013 dengan 2014," kata Kepala BPOM Roy A. Sparringa di kantornya, Jakarta, Senin.
Roy mengatakan, penurunan jumlah produk dari pengawasan periode Natal 2013 dan Natal 2014, seperti terjadi pada kategori pangan tanpa izin edar (TIE) dari 16.967 jumlah kemasan menjadi 15.483 atau menurun sembilan persen.
Selain itu, ia mengemukakan, BPOM menemukan perbandingan produk rusak dari akhir tahun lalu ada 6.031 kini jumlahnya 5.199 atau turun 14 persen, tidak memenuhi ketentuan (TMK) label dari 5.787 menjadi 2.433 (turun 58%) dan label tanpa bahasa Indonesia ada 867 menjadi 52 (turun 94%).
Kepala Badan POM mengatakan, penurunan di sejumlah kategori itu karena kerja sama yang baik di antara lembaganya dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri).
"Terdapat kemajuan pengawasan yang cukup efektif belakangan dengan kepolisian. Tidak hanya pengawasan di pangan saja tetapi untuk nonpangan seperti kosmetik dan obat tradisional berbahan kimia obat (BKO)," katanya.
Kendati demikian, Roy mengakui masih terjadi peningkatan pada kategori pangan kadaluwarsa di banding tahun lalu menjadi 49.647 kemasan dari 31.604 atau meningkat 57 persen.
Untuk itu, ia mengharapkan, masyarakat tetap waspada terhadap produk-produk yang ada di pasaran dengan selalu mengecek label produk. Jika ditemukan kejanggalan agar melaporkannya kepada BPOM lewat Halo BPOM 1500533.
"Selalu baca label produk agar jangan sampai salah membeli, terutama mengecek tanggal kedaluwarsanya," ujarnya.
Ia juga mengatakan, temuan produk pangan bermasalah pada Natal 2014 jumlahnya lebih sedikit dibanding temuan saat Lebaran 2014.
"Pekan lalu kami mendapatkan produk tidak layak dengan nominal Rp5 miliar, sementara itu saat Lebaran mencapai Rp14 miliar yang hanya dari satu gudang saja, belum yang lain. Kategorinya masih didominasi pangan kedaluwarsa," katanya.
Ia pun menambahkan, "Nilainya bisa terbilang kecil dibanding apa yang belum ditemukan. Seperti fenomena gunung es dan kami mempercayai di luar sana masih banyak yang belum ketahuan."
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2014