"Nilainya setara dengan Rp2,9 miliar. Ini terbilang kecil dibanding apa yang belum ditemukan. Seperti fenomena gunung es," kata Kepala Badan POM Roy A Sparringa saat jumpa pers di kantornya, kawasan Percetakan Negara, Jakarta, Senin.
Roy mengatakan produk yang menjadi target pengawasan adalah pangan Tanpa Izin Edar (TIE), pangan kadaluwarsa, pangan dalam kondisi rusak (kemasan penyok, berkarat dan jenis kerusakan lain), pangan TMK label termasuk makanan dengan kemasan tanpa bahasa Indonesia.
Jenis pangan kadaluwarsa merupakan item paling banyak ditemukan dengan prosentase sebesar 68,18 persen, TIE 21,26 persen, rusak 7,14 persen, pangan TMK label 3,34 persen dan label tanpa bahasa Indonesia 0,07 persen.
Pangan kadaluwarsa terbanyak ditemukan pada minuman ringan makanan ringan, biskuit, mie instant, kopi, susu UHT dan susu bubuk.
Untuk TIE, di antaranya makanan ringan, minuman ringan, susu UHT, cokelat dan sirup. Sedangkan makanan rusak ditemukan pada susu kental manis, ikan kalengan, makanan ringan, minuman ringan, susu UHT serta mie instant.
Temuan itu merupakan bagian dari upaya intensifikasi pengawasan pangan oleh Badan POM jelang Natal dan Tahun Baru di berbagai tempat. Di antaranya sarana distribusi pangan yaitu gudang importir dan retail seperti toko, pasar tradisional, supermarket, serta para pembuat atau penjual parsel.
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014