Jakarta (ANTARA News) - Ledakan pipa gas milik PT Pertamina di sekitar pusat semburan lumpur panas Lapindo Brantas Inc., mengakibatkan kelumpuhan industri di Jawa Timur. "Ini karena pipa itu memasok kebutuhan gas 25 perusahaan besar, di antaranya Petrokimia dan PLN. Otomatis pasokan listrik atau kebutuhan energi untuk Jatim akan berkurang," kata Bupati Sidoarjo, Win Hendarso, ketika dihubungi ANTARA dari Jakarta, Kamis. Setelah terjadi ledakan, Pertamina langsung mematikan aliran gas, sehingga pasokan gas untuk industri di wilayah Gresik terhenti total. Penghentian pasokan gas berdampak pada pabrik pupuk Petrokimia Gresik, PLTU Gresik dan PLTU Grati Tuban yang memasok kebutuhan listrik untuk wilayah Jawa Timur. "Ini bisa fatal kalau tak segera diatasi," katanya. Bupati Sidoarjo mengatakan tidak bisa merinci akibat yang ditimbulkan ledakan pipa gas secara keseluruhan. Ia juga mengatakan pemerintah harus segera bertindak untuk mengatasi dampak ledakan pipa gas itu. "Ini masalah yang berat, pemerintah daerah tidak sanggup bila harus menyelesaikannya sendiri. Upaya yang kami lakukan hanya terbatas pada kemampuan lokal," katanya. Luapan asap di seberang jalan tol Surabaya-Gempol belum berhenti, kata Win. Jumlah korban meninggal, kata Win Hendarso, yaitu delapan orang, sebagian telah telah diantar ke daerah asalnya untuk dimakamkan. "Sebagian korban telah diurus oleh institusi masing-masing, karena yang meninggal berasal dari kepolisian, TNI dan Jasa Marga. Sampai saat ini pencarian masih terus dilakukan oleh tim SAR, namun masih belum berani menggunakan alat berat," katanya. Di sekitar lokasi ledakan juga terus dijaga aparat kepolisian, Timnas dan TNI. Serta beberapa sukarelawan juga turut membantu proses evakuasi. Bupati sendiri sedang berada di lokasi kejadian untuk memimpin penangananan akibat ledakan. Saat ini, katanya, tim SAR sedang mencari dua truk pengangkut sirtu yang diperkirakan terbenam akibat dari ledakan pipa gas. Ia mengatakan sebelumnya telah direncanakan untuk merelokasi pipa gas milik Pertamina tersebut. "Karena masalah finansial sehingga pipa gas belum dipindahkan," katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2006