"Saya berharap, mari kita selesaikan dengan baik-baik, Pernyataan Yorrys Raweyai dan Leo Nababan yang menuding Akbar Tandjung sebagai konseptor Musyawarah Nasional (Munas) 30 November di Bali adalah salah besar," kata Riyono, yang juga Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar, di Jakarta, Sabtu.
Riyono meminta semua pihak yang masih merasa memiliki dan ingin Partai Golkar kembali berjaya sebaiknya jangan memperkeruh suasana dengan menyerang pribadi atau personal sesorang. Apalagi, kalau yang diserang itu tokoh senior sekaliber Akbar Tandjung yang berhasil mengembaalikan kejayaan partai saat krisis pasca-jatuhnya orde baru.
Riyono mengatakan, upaya rekonsiliasi sudah diusahakan oleh Ketua Dewan Pertimbangan DPP Partai Golkar Akbar Tandjung sebelum diadakan Rapat Pimpinan Nasional di Yogyakarta pertengahan November kemarin.
Dalam surat yang dikirimkan ke DPP Golkar, Wantim meminta supaya Munas diadakan awal tahun 2015. Saat Rapimnas pun, Wantim meminta hal sama. Namun upaya Wantim ini ternyata gagal karena mayoritas DPD I dan DPD II meminta Munas digelar 30 November.
"Sebagai tokoh yang paham tata berorganisasi yang benar, Bang Akbar tentu mengikuti hasil keputusan Rapim tersebut yang juga dihadiri Pak Agung Laksono dan kelompoknya. Upaya Bang Akbar untuk rekonsiliasi juga dilakukan dengan cara meminta perkembangan situasi politik terakhir dengan melakukan pertemuan dengan Menkopulhukam, Kepala BIN dan Kapolri. Dari hasil pertemuan tersebut akhirnya Bang Akbar mengadakan rapat Wantim dan hasilnya meminta Munas ditunda sampai ada kesepakatan dari pihak-pihak yang berkepentingan," katanya.
Namun, kata Riyono, hasil rapat Wantim ini ternyata tetap belum mampu mengubah keinginan DPD I dan DPD II untuk menggelar Munas di Bali pada 30 November. Bahkan, sebelum Munas di Bali dibuka secara resmi, Akbar mengajak bertemu Agung Laksono untuk membicarakan kesepakatan pelaksanaan Munas. Saat itu, katanya, Aburizal Bakri sudah bersedia Munas diadakan Oktober 2015.
"Kesediaan Pak Ical itu mau dikomunikasikan oleh Bang Akbar ke Pak Agung untuk dinegosiasikan ulang pelaksanaan Munas pada Juli atau Agustus 2015. Tapi Pak Agung tidak bersedia hadir dalam pertemuan yang telah di sepakati itu. Sampai sore menjelang pembukaan Munas, Pak Agung tidak bersedia bertemu dengan Bang Akbar. Bang Akbar pun sudah telepon berkali-kali ke Pak Agung tapi tidak ada respon sama sekali. Dan akhirnya dibukalah Munas di Bali itu. Bang Akbar selaku senior Partai Golkar sudah berupaya maksimal untuk mempertemukan pihak-pihak yang bertikai. Janganlah sekarang seolah-olah Bang Akbar dianggap konseptor Munas Bali," ucap Riyono.
Riyono menyatakan saat ini yang terpenting adalah bagaimana konflik yang merugikan Golkar dapat diakhiri dengan cara yang diterima semua pihak. "Semua pihak harus berpikir jernih, dengan hati yang tulus untuk sama-sama mencari solusi terbaik demi menghadapi agenda-agenda politik nasional ke depan," ujar Riyono.
Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014