Jakarta (ANTARA News) - Pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada rekannya George W Bush dari AS mengenai cara penanganan krisis Irak, dapat saja melukai batin rakyat Irak serta negara-negara dunia ketiga, termasuk Indonesia, jika ditinjau dari nuansa rasa keadilan masyarakat. Demikian pernilaian Viktus Murin, Mantan Sekjen Presidium Pusat Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), di Jakarta, Rabu, sehubungan dengan tawaran Presiden Yudhoyono yang antara lain perlunya penempatan pasukan perdamaian dunia di Irak, karena masalahnya sudah merupakan tanggungjawab global. "Tawaran Presiden Yudhoyono soal Irak kepada Presiden Bush ini, sebenarnya dari konteks wacana diplomatik, memang dapat mengesankan nuansa politik luar negeri Indonesia yang bersifat bebas dan aktif," lanjut Viktus Murin yang kini juga sebagai salah satu Ketua Presidium Persatuan Alumni (PPA) GMNI itu. Tetapi sekali lagi dia menggarisbawahi, bakal pedihnya hati para pejuang anti neo liberalisme sejagat, karena dari nuansa rasa keadilan masyarakat dunia ketiga, pernyataan Presiden Yudhoyono itu dapat saja melukai batin rakyat Irak maupun negara-negara berkembang dan miskin, termasuk Indonesia. "Karena itu, saya pikir sah-sah saja jika DPR perlu meminta penjelasan langsung dari Presiden Yudhoyono terkait tawarannya soal Irak kepada Bush. Ini juga merupakan pertanggungjawaban moral dari seorang kepala negara, agar dalam berdiplomasi, dia pun sadar diri," tambahnya. Siapa tahu, lanjut Viktus, dari penjelasannya di parlemen, apakah itu melalui Komisi I atau pimpinan legislatif, segera diketahui jelas sikap dasar Pemerintah RI. "Yang saya maksudkan, apakah platform presiden kita tetap bebas aktif dalam berdiplomasi, atau memang harus segera mengambil sikap tegas, bergandengan tangan dengan Hugo Chaves dkk di Amerika Latin, Ahmadinejad dkk di Asia dan kalangan anti neo liberalisme lainnya di dunia, menentang berbagai bentuk ketidakadilan tata hubungan internasional, sebagaimana dulu telah diperjuangkan secara revolusioner oleh Bung Karno," demikian Viktus Murin.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006