Jakarta (ANTARA News) - Jika Anda ingin berbicara dengan orang yang kemudian disebut "Mullah Radio" ini maka Anda harus pergi mendaki gunung di barat daya Pakistan, tulis wartawan Nicholas Schmidle yang pernah mendatangi sang mullah pada 2007, dalam The Washington Post.
Nama aslinya Maulana Fazlullah dan di Lembah Swat nan indah dia mengoperasikan radio FM ilegal yang isinya mengkritik bahaya pendidikan bagi kaum perempuan dan menyerukan jihad untuk menentangnya.
Di desanya dia dikultuskan, bahkan para wanita desa menyumbangkan kalung dan gelang untuk perjuangannya.
"Dia sungguh di luar kendali. Ambisinya adalah mendirikan emirat Islam di Swat," kata seorang pemimpin setempat kepada Schmidle.
Ambisi itulah yang mengantarkan dia menjadi pemimpin puncak Taliban Pakistan tahun lalu dan dimanifestasikan dengan aksi-aksi mengerikan seperti terjadi Selasa lalu ketika lebih dari 130 anak sekolah dan guru di sebuah sekolah dibantai.
Menurut Washington Post, pembunuhan itu adalah jawaban atas penumpasan militer oleh pemerintah Pakistan terhadap aktivitas-aktivitas Taliban di kantong-kantong perlawanannya.
Dengan membantai anak-anak sekolah, mereka memperingatkan akan keberadaan Taliban dan punya kekuatan untuk menimbulkan kerusakan.
Pembunuhan murid-murid sekolah itu juga merefleksikan hasrat Fazlullah untuk memupus kesempatan kaum wanita dalam mendapatkan pendidikan.
Sejak 2009, Taliban Pakistan menyasar lebih dari 1.000 sekolah.
Penyerangan Selasa lalu bukanlah yang pertama yang dilakukan Fazlullah karena pada 2012 dia pernah menyatakan bertanggung jawab atas upaya pembunuhan Malala Yousafzai yang menulis di sebuah blog mengenai kehidupan mengerikan di bawah Taliban dan menjadi peraih Hadiah Nobel Perdamaian.
Fazlullah mengutus seorang eksekutor untuk menembak Malala selagi bepergian dengan sebuah bus sekolah.
Tetapi berbeda dari pemimpin Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS Abu Bakr al-Baghdadi atau pemimpin Boko Haram Abubakar Shekau, Fazlullah adalah pemimpin karismatik yang tidak dibesarkan di medan perang, melainkan lewat publikasi.
"Fazlullah bukanlah terlahir sebagai komandan lapangan dan keterampilannya terletak pada kemampuannya menginspirasi orang sekelilingnya dengan kata-katanya. Tak ada seorang pun yang mengira dia akan menjadi pemimpin Taliban Pakistan," kata seorang wartawan BBC yang pernah bertemu dengan dia.
Lahir pada 1970-an dengan nama Fazle Hayat di sebuah keluarga pedesaan, tahun-tahun awal kehidupannya tak jelas sampai kemudian menikahi anak perempuan tokoh militan terkenal.
Segera setelah menikah inilah dia mengganti nama menjadi Maulana Fazlullah, lalu dikenal sebagai "Mullah Radio".
Pada 2004, dia meluncurkan radio ilegal bernama "Maulana Radio" di mana dia sering berkhotbah dan menginspirasi orang-orang di Lembah Swat.
Dia pernah mengoperasikan madrasah yang kemudian dihancurkan pemerintah Pakistan.
Antara 2007 dan 2009 dia melancarkan perang berdarah melawan pemerintah Pakistan.
Kekharismatisan dan keinspiratifan kata-katanya telah membuat dia menjadi kandidat pengganti mendiang pemimpin Taliban Hakimullah Mehsud yang dibunuh drone CIA.
Pembunuhan Mehsud sendiri membuat dia memproklamasikan diri bahwa Taliban Pakistan tidak akan lagi bernegosiasi dengan Pakistan.
Kemudian, Selasa pekan ini, muncul serangan ke sebuah sekolah di kawasan militer di Peshawar, barat daya Pakistan.
"Pagi itu anakku mengenakan seragam sekolah. Kini dia berada di dalam keranda jenasah. Anakku adalah impianku. Impianku telah dibunuh," kata seorang ayah seperti dikutip Washington Post.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014