Jakarta (ANTARA News) - Satu gerbong kereta api (KA) kelas ekonomi Serelo yang tercebur ke sungai akibat kecelakaan di KM 542 atau sekitar delapan kilometer dari Stasiun Lubuk Linggau, Sumatera Selatan, akan tetap dimanfaatkan untuk kebutuhan operasional PT Kereta Api Indonesia (PT KAI). "Kita kekurangan armada, jadi sebisa mungkin gerbong itu dioperasikan lagi," kata Kapala Humas PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) Noor Hamidi di Jakarta, Rabu. Noor mengatakan, gerbong yang belum dievakuasi itu rencananya akan dibawa ke Balai Yasa Lahat untuk diperbaiki sebelum dioperasikan lagi. Namun demikian, katanya, tidak menutup kemungkinan untuk menghentikan operasi gerbong tersebut jika kerusakannya terlalu parah. "Kalau rusak parah dan biaya perbaikannya terlalu besar atau tidak sebanding, gerbong itu tidak akan dioperasikan," katanya. Terkait upaya evakuasi gerbong, Noor mengatakan hal itu akan dilakukan setelah kondisi di jalur perlintasan berangsur normal. Kondisi normal yang dimaksud adalah ketika kecepatan KA yang melintas bisa ditingkatkan menjadi lebih dari 20 kilometer per jam, dari kecepatan saat ini lima sampai sepuluh kilometer per jam. "Kami akan upayakan normalisasi secepatnya," katanya. Evakuasi kereta sebisa mungkin dilakukan dengan mengangkat gerbong menggunakan sejumlah alat berat sehingga keutuhan gerbong bisa dipertahankan. Namun, gerbong terpaksa dipotong menjadi beberapa bagian apabila tidak mungkin dilakukan pengangkatan gerbong secara utuh. "Pemotongan adalah alternatif terakhir, karena kalau dipotong kan otomatis tidak bisa dipakai lagi," katanya. Sementara itu, dua gerbong yang keluar jalur telah berhasil dievakuasi, Rabu pukul 02.00 WIB. Kedua gerbong itu, katanya, sekarang sedang dalam perbaikan di Balai Yasa Lahat. Kecelakaan KA Serelo terjadi Senin (20/11) sekitar pukul 10.00 WIB. Kecelakaan itu mengakibatkan dua gerbong keluar jalur dan satu gerbong tercebur ke Sungai. Selain itu, akibat kecelakaan itu sedikitnya sembilan orang meninggal dunia dan 27 orang mengalami luka berat serta ringan. Sampai saat ini, penyebab kecelakaan masih diselidiki oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006