Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah di pasar uang spot antarbank Jakarta Selasa sore melemah lagi ke posisi 12.722 per dolar AS, lebih buruk sembilan poin dari posisi sebelumnya 12.713 per dolar AS.
Sentimen eksternal menjadi faktor utama yang mendorong pelemahan rupiah. Data ekonomi AS yang membaik membuat pelaku pasar berekspektasi bahwa bank sentral AS akan mempercepat kenaikan Fed Rate, kata pengamat pasar uang dari Bank Himpunan Saudara Rully Nova.
"Pelaku pasar sebelumnya memperkirakan Fed rate akan naik pada pertengahan tahun 2015, namun itu bisa lebih cepat jika perbaikan ekonomi di AS berkelanjutan. Kalau suku bunga di sana naik, berarti akan membuka peluang imbal hasil yang lebih besar di AS," ujarnya.
Kendati demikian, lanjut dia, Bank Indonesia masih menjaga fluktuasi mata uang rupiah dalam kisaran yang tidak terlalu lebar, mengingat cadangan devisa Indonesia yang cukup besar dan masih dapat untuk mengendalikan moneter. Tercatat posisi cadangan devisa Indonesia akhir November 2014 mencapai 111,14 miliar dolar AS.
Analis pasar uang PT Bank Mandiri Tbk, Reny Eka Putri menambahkan bahwa tekanan rupiah cenderung tertahan menjelang sore seiring dengan intervensi oleh Bank Indonesia di pasar uang domestik.
"Kalau dibiarkan, mata uang rupiah bisa mencapai Rp13.000 per dolar AS, dan bisa mengganggu psikologis pasar," katanya.
Menurut dia, pelemahan rupiah juga seiring dengan mata uang lainnya, hal itu dikarenakan sentimen utamanya datang dari Amerika Serikat terkait ekspektasi kenaikan suku bunga AS (Fed rate).
Sementara menurut kurs tengah Bank Indonesia, rupiah berada pada 12.900 per dolar AS, setelah pada sebelumnya berada pada 12.599 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014