Jakarta (ANTARA News) - Pasokan daya listrik di wilayah Jawa-Bali pada 2008 terancam mengalami krisis menyusul tidak adanya tambahan pembangkit baru yang beroperasi di tahun tersebut. General Manager PT PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang Fahmi Mochtar dalam seminar nasional kelistrikan di Jakarta, Rabu, mengatakan, pada 2006, sebanyak empat pembangkit mulai masuk ke sistem interkoneksi Jawa-Bali. Pembangkit itu adalah PLTGU Cilegon 720 MW, PLTU Cilacap 2x300 MW, PLTU Tanjung Jati B 2x660 MW, dan PLTP Darajat 110 MW. Pada 2007, katanya, keempat pembangkit bisa beroperasi penuh, sehingga kehandalan sistem Jawa-Bali lebih terjamin dibandingkan 2006. "Namun, pada tahun 2008, tidak ada lagi tambahan pasokan daya dari pembangkit baru, sehingga sistem Jawa-Bali terancam krisis," katanya. Sedang mulai 2009, kehandalan sistem mulai terjamin kembali setelah beroperasinya pembangkit yang termasuk program percepatan (crash program) 10.000 MW. "Setelah 2009, sistem Jawa-Bali terjamin kehandalannya karena mulai beroperasinya 10 pembangkit dengan total daya 6.900 MW yang masuk `crash program` 10.000 MW," katanya. Karena itu, menurut dia, PLN hanya berharap pasokan energi primer khususnya gas dan BBM tidak mengalami gangguan pada 2008. Fahmi juga mengatakan, saat ini, kapasitas daya terpasang Jawa-Bali mencapai sekitar 19.000 MW dengan beban puncak 15.300 MW. "Kapasitas terpasang itu sering kali berkurang karena pembangkit memasuki masa perawatan, mengalami gangguan pasokan energi primer dan kerusakan," katanya. Setiap tahun, lanjutnya, permintaan daya listrik di wilayah Jawa-Bali bertambah 6-7 persen atau sekitar 1.000 MW. Khusus di wilayah Jakarta dan sekitarnya, tambahan daya mencapai 600 MW per tahun dengan 70 persennya buat memenuhi kebutuhan industri dan bisnis, sedang 30 persen rumah tangga.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006