Banjarnegara (ANTARA News) - Wakil Bupati Banjarnegara Hadi Supeno menyatakan berdasarkan pengecekan Tim Kaji Cepat Gerakan Tanah ditemukan rekahan baru tanah di dekat lokasi longsor Dusun Jemblung, Desa Sampang, Banjarnegara, Jawa Tengah.

"Rekahan itu ditemukan di hutan Tanggapan. Jika terjadi hujan deras, rekahan ini berpotensi longsor," kata Wabup kepada wartawan di Posko Induk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara yang berlokasi di Kantor KPRI-PGRI Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, Senin petang.

Ia mengatakan bahwa longsoran tersebut menuju ke arah 325 derajat barat daya yang berarti lurus ke Dusun Krakal dan Dusun Tanggapan Bawah, Desa Srati, Karangkobar.

Oleh karena itu, dia mengimbau warga Krakal dan Tanggapan Bawah untuk lebih waspada dan apabila hujan harus dievakuasi.

Selain rekahan, kata dia, di puncak atau mahkota longsoran tanggal 12 Desember 2014 terdapat kolam seluas 30 meter persegi dengan kedalaman 1 meter.

"Kalau terjadi hujan deras dan kolamnya berisi air, berpotensi melongsorkan tanah yang ada di bawahnya. Tanah yang longsor ini diperkirakan jauh lebih besar dari tanah yang sudah longsor pada tanggal 12 Desember," katanya.

Terkait hal itu, dia mengatakan bahwa Tim Kaji Cepat Gerakan Tanah merekomendasikan agar air dalam kolam dikendalikan dengan cara dibuang menggunakan pipa.

Lebih lanjut, Wabup mengatakan bahwa wilayah Dusun Jemblung yang tertimbun longsor pada tanggal 12 Desember merupakan daerah yang berbahaya.

"Mohon kepada masyarakat untuk tidak mendekati lokasi longsor karena kalau terjadi longsoran kembali akan sangat membahayakan. Itu dua rekomendasi dari Tim Kaji Cepat Gerakan Tanah," katanya.

Ia mengatakan bahwa Tim Kaji Cepat Gerakan Tanah Tersebut beranggotakan unsur Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Informasi Geospasial, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia, Universitas Gajah Mada, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, serta Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.

Sementara itu, Kepala Subbidang Mitigasi Gerakan Tanah PVMBG Kristianto mengatakan bahwa pemasangan pipa untuk membuang air dari kolam di atas mahkota longsoran Dusun Jemblung merupakan upaya untuk mengurangi risiko bencana.

"Cara mengeluarkan airnya harus hati-hati, tidak boleh sembarangan dibuka, harus menggunakan pipa. Kalau tidak menggunakan pipa, air akan meresap ke dalam tanah," katanya.

Menurut dia, kolam tersebut terbentuk pascalongsor tanggal 12 Desember 2014.

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014