Karena daerah tersebut paling banyak penduduknya"
Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak 40,9 juta orang atau 17,2 persen dari penduduk Indonesia tinggal di daerah rawan longsor.
"Dari 40,9 juta itu, ada 4,28 juta balita, 323.000 penyandang disabilitas dan 3,2 juta lansia yang paling rentan karena mereka termasuk yang paling sulit menyelamatkan diri," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta, Senin.
Sebagian besar penduduk yang terancam bahaya longsor berdomisili di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur yang merupakan daerah yang terkena longsor paling sering sepanjang 2014.
"Karena daerah tersebut paling banyak penduduknya," kata dia.
Dia mengingatkan agar penduduk tetap waspada karena diperkirakan longsor masih mungkin terjadi hingga awal tahun.
"Dari kejadian longsor pada 2005-2014, puncak longsor terjadi pada Januari dan Februari karena mengikuti pola hujan," kata dia.
Sutopo mengatakan perlu sinergi dari banyak pihak untuk mewujudkan masyarakat yang siap menghadapi bencana. Masyarakat yang tinggal di daerah rawan longsor, misalnya, diharapkan dapat mencari tempat tinggal yang lebih aman.
Selain itu, konservasi tanah dan air harus diterapkan dalam kawasan lahan.
"Karena tidak ada konservasi tanah dan air, maka longsor hanya menunggu waktu," kata dia.
Dia menyadari bahwa tidak mungkin memaksa 40,9 juta jiwa untuk serentak pindah ke tempat yang lebih aman dari bencana. Oleh karena itu, dia mengatakan pemerintah daerah seharusnya mengimplementasikan tata ruang yang benar untuk meminimalisasi bencana.
Dia mengatakan penanganan bencana belum menjadi prioritas pembangunan jangka menengah pemerintah daerah sehingga anggaran untuk hal tersebut masih belum cukup.
"Idealnya anggaran penanganan bencana sebanyak 1 persen APBN atau APBD," kata dia.
Ia mengungkapkan dana untuk BNPB pada 2014 mencapai angka Rp2,5 triliun beserta dana siap pakai (on call) sebesar Rp1,5 triliun.
"Sementara butuh Rp15 triliun untuk dapat memberikan bantuan bencana yang cepat ke seluruh Indonesia," kata dia.
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014