"Artinya, dua lajur di GT Semanggi 1, semuanya sudah tak bisa lagi bayar tunai. Wajib pakai e-toll card atau kartu e-money Mandiri lainnya," kata General Manager PT Jasa Marga Cawang Tomang Cengkareng (CTC), Agus Purnomo saat dihubungi di Jakarta, Minggu.
Hal serupa, kata Agus, juga akan diberlakukan pada empat lajur GT Cengkareng 3 mulai Jumat 23 Desember 2014.
Dijelaskannya, pengoperasian GTO skala penuh itu, pada dasarnya untuk mempercepat transaksi dan mengurangi antrean di gerbang tol.
Transaksi elektronik ini, kata Agus, sekaligus mendukung Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yang dicanangkan Bank Indonesia pada Agustus 2014.
"Transaksi tunai itu kami setidaknya menyiapkan uang receh untuk kembalian di CTC sektiar Rp2,2 miliar per hari," katanya.
Kemudian, manfaat lainnya, kata Agus, mencegah peredaran uang palsu, meningkatkan transparansi transaksi karena riwayatnya tercatat dan mengurangi re-isiko kesalahan uang kembalian bagi penguna jalan tol.
"Jadi ini semua (penambahan GTO di jalan tol CTC) diharapkan dapat membangun paradigma positif pada masyarakat tentang penggunaan kartu pra bayar sebagai alat transaksi tol yang efektif, efisien, akurat dan cepat," kata Agus.
PT Jasa Marga menargetkan jumlah GTO pada tahun ini sebanyak 30 persen dan diharapkan meningkat menjadi 50-60 persen pada 2016 dan pada 2019 diharapkan mencapai 80 persen.
Total transaksi di gerbang tol per hari di seluruh ruas yang dioperasikan BUMN tol itu mencapai angka 3,2 juta transaksi per hari. Dari jumlah itu, baru sekitar 2,4 juta transaksi per hari yang bisa dilayani melalui GTO, sedangkan sisanya sekitar 800 ribu transaksi kendaraan per hari, masih belum.
PT Jasa Marga Tbk menggandeng Bank Mandiri sebagai penyedia kartu transaksi elektronik (e-toll card) sejak 2008 selama 10 tahun. Namun, dari total pengguna jalan tol saat ini, penetrasi Mandiri E-toll Card hanya sekitar 12 persen.
Pewarta: Edy Sujatmiko
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014