Damaskus (ANTARA News) - Lebih dari 900 warga sipil cedera atau tewas selama 162 hari terakhir akibat pemboman oleh gerilyawan terhadap daerah yang dikuasai pemerintah di Kota Aleppo, Suriah Utara, kata satu kelompok pemantau pada Jumat (12/12).
Observatorium Suriah bagi Hak Asasi Manusia mengatakan 203 warga sipil tewas dan 700 orang lagi cedera akibat pemboman oleh kelompok yang menamakan diri Brigade Syuhada.
Kelompok yang berpusat di Inggris tersebut menyatakan 42 anak yang berusia di bawah 18 tahun termasuk di antara mereka yang tewas dalam pemboman yang ditujukan ke daerah yang dikuasai pemerintah di Kota Aleppo.
Observatorium tersebut, yang mengandalkan jaringan pegiat di lapangan, mengatakan kelompok fanatik yang dituduh itu dipimpin oleh seseorang yang bernama Khaled Hayani, demikian laporan Xinhua, Sabtu pagi.
Ia menambahkan kelompok tersebut menggunakan bom mortir, roket dan tabung gas yang diisi peledak dalam pemboman mereka.
Puluhan anak dan perempuan termasuk di antara mereka yang cedera, kata Observatorium itu. Ia menambahkan 25 persen orang yang cedera menderita cacat permanen.
Aleppo, yang pernah menjadi pusat ekonomi di Suriah, telah menyaksikan pertempuran paling serius antara gerilyawan dan tentara pemerintah.
Gerilyawan telah menguasai hampir separuh kota tersebut dan kebanyakan pedalaman negeri itu sementara pemerintah berusaha mengusir mereka dari kota tersebut.
Sementara itu PBB berencana mengeluarkan seruan dua dana buat krisis Suriah dalam satu acara yang direncanakan diselenggarakan pekan depan oleh Pemerintah Jerman di Belin, kata Juru Bicara PBB Stephane Dujarric di Markas PBB, Jumat.
Peluncuran tersebut dijadwalkan diselenggarakan pada 18 Desember, kata Dujarric dalam satu taklimat harian.
Rencana Tanggapan Strategis Suriah 2015 yang akan diluncurkan oleh Valerie Amos, Wakil Sekretaris Jenderal PBB Urusan Kemanusiaan, mencakup reaksi kemanusiaan di dalam Suriah, kata juru bicara tersebut.
"Rencana Ketahanan dan Pengungsi Regional bagi 2015-2016, yang mencakup dukungan bagi pengungsi dari Suriah dan masyarakat penampugn di Lebanon, Turki, Jordania, Irak dan Mesir, akan secara bersama diluncurkan oleh Komisaris Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR) Antonio Guterres dan Gina Casar, Asisten Administratur dan Wakil Sekretaris Jenderal PBB bagi Program Pembangunan PBB (UNDP)," kata Dujarric.
Konflik di Suriah, yang meletus pada Maret 2011, telah menewaskan lebih dari 150.000 orang, dan melukai lebih dari 680.000 orang.
Sedikitnya 10,8 juta orang memerlukan bantuan di dalam wilayah Suriah, termasuk sebanyak 6,5 juta orang yang menjadi pengungsi di dalam negeri mereka.
Kerusuhan tersebut juga telah memicu krisis pengungsi di negara tetangga, termasuk Lebanon, Jordania dan Turki, yang melibatkan tak kurang dari 2,5 juta orang. 13-12-2014 09:43:59
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2014