"Pengetahuan remaja soal kesehatan reproduksi, napza dan seks bebas masih rendah. Kita harus membuat mereka mengerti," ujar Nila dalam acara bertema "Remaja Indonesia Peduli AIDS," di Kampus Universitas Negeri Jakarta, Jakarta, Jumat (12/12).
"Pengetahuan remaja soal bahaya HIV dan AIDS masih rendah, sekitar 11 persen. Kita harapkan ada peningkatan menjadi 95 persen," kata dia.
Hal senada disampaikan, Sekertaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN), Kemal Siregar.
Menurut dia, pengetahuan remaja yang rendah soal HIV dan AIDS ini kemudian dibarengi dengan rentannya remaja melakukan perilaku berisiko seperti menggunakan narkoba dan seks bebas.
"Pengetahuan rendah, melakukan perilaku berisiko tinggi inilah yang menyebabkan kerentanan remaja menjadi tinggi. Kemudian, di lain pihak layanan kesehatan belum sepenuhnya ramah pada remaja," kata Kemal.
Data dari Kemenkes pada 2014 menunjukkan, sekitar 18.237 orang remaja diketahui telah terkena HIV dan AIDS terhitung Juni 2014. Kasus AIDS terbesar terjadi pada kelompok usia 20-29 tahun atau sebesar 32,9 persen. Kemudian, selain remaja, data menunjukkan, anak-anak usia 0-14 tahun bahkan diketahui telah terkena HIV dan AIDS. Pada September 2014 ini, sekitar 12.197 orang anak berusia 0-14 tahun yang menderita HIV dan AIDS.
Melihat hal ini, Nila mengaku prihatin. Dia mengungkapkan, pihaknya akan terus melakukan penyuluhan pada anak dan remaja tentang HIV dan AIDS. Dia berharap, penyuluhan yang diberikan mampu membantu remaja memerangi HIV dan AIDS.
"Yang saya sedih, anak-anak berusia 0-14 tahun sudah terkena HIV,... Sampai kapanpun kami harus tetap menyuluh soal bahaya HIV dan AIDS," kata dia.
"Jumlah penderita HIV dan AIDS enggak pernah turun. Ini tandanya perilaku berisiko belum berubah. Kita harus perangi HIV dan AIDS, tetapi sebelumnya perangi dulu perilaku berisiko seperti menggunakan narkoba dan seks bebas," tambah Nila.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014