Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah cenderung untuk membangun jalan layang (elevated) menggantikan ruas Porong - Gempol (satu kilometer) yang terendam lumpur akibat semburan liar dari penambangan milik PT Lapindo Brantas. "Sebab kalau direlokasi menjauhi lumpur berarti harus melalui permukiman padat penduduk sehingga membutuhkan biaya yang sangat mahal untuk membebaskannya," kata Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto di Jakarta, Selasa. Saat ini tengah dilakukan pengujian (studi) dari aspek keamanannya mengingat areal di sekitar semburan lumpur tersebut mengalami penurunan. Apabila aman maka langkah itu yang akan diambil. Kajian tersebut diharapkan akan berakhir November 2006, mengingat batas waktu upaya menutup semburan melalui upaya ketiga pada akhir Desember ini. Seandainya upaya itu gagal maka jalan tol harus segera diselamatkan karena merupakan jalur strategis yang menghubungkan antara Surabaya dan Kawasan Industri Sidoarjo. Hal ini juga diakui Dirjen Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum, Hendrianto Notosoegondo yang mengatakan, dari aspek teknis untuk membangun jalan layang di kawasan tersebut dapat dilaksanakan. Namun, kata Hendrianto, untuk membangun jalan tersebut saat ini masih menunggu instruksi dari Tim Nasional karena tengah dilaksanakan upaya ketiga untuk menutup semburan. "Kita tidak bisa mendahului keputusan Tim Nasional," kata Hendrianto. Sejumlah kalangan mendesak agar pemerintah segera mengambil keputusan untuk menanggulangi lumpur di tol Porong tersebut mengingat sering jebolnya kali tanggul penahan lumpur di tol tersebut sehingga jalan tol terendam lumpur. Sebelumnya dari pihak PT Jasa Marga telah menghitung-hitung kemungkinan untuk mengalihkan jalan tol tersebut (relokasi) dengan mempertimbangkan faktor resiko karena saat ini di kawasan sekitar semburan mengalami penurunan secara signifikan. Ketinggian tanggul penahan lumpur yang rata-rata di atas tujuh meter serta menggunakan material yang bukan dipersyaratkan untuk pembuatan tanggul memaksa pemerintah untuk berupaya menyelamatkan infrastruktur vital yang ada di sekitar kawasan tersebut. Sebelumnya pemerintah juga masih menyatakan keyakinannya lumpur masih dapat dihentikan dengan melalukan pengeboran (relief wheel) ketiga kalinya, setelah upaya kedua mengalami kegagalan.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006