Jadinya acak, harus rajin cari buku"Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah murid SMA Negeri 8 Jakarta mengaku tidak masalah dengan Kurikulum 2013 asalkan kurikulum tersebut sudah benar-benar matang untuk diterapkan.
Salah seorang murid Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional itu, Fasha Kharinussa, menilai Kurikulum 2013 secara teori bagus tetapi dalam implementasinya belum siap.
"Kalau dari segi kurikulum bagus karena mendorong anak aktif belajar tapi implementasinya tidak seperti itu," kata Fasha ditemui ANTARA News di area SMA N 8, Jakarta, Kamis.
"Jadi apa pun kurikulumnya sebenarnya tidak masalah asalkan jangan setengah-setengah. Kasian kami muridnya kalau jadi percobaan, tolong ditetapkan yang jelas," tambahnya.
Fasha mengungkapkan salah satu kekurangan dari Kurikulum 2013 yang selama ini menghambat proses belajar antara lain persediaan buku yang disiapkan oleh pemerintah.
Pada tahun 2013 di awal penerapan, lanjutnya, pemerintah hanya menyediakan tiga buku yang sesuai kurikulum 2013 yakni Matematika, Sejarah, dan Bahasa Indonesia. Selanjutnya pada tahun 2014, buku pemerintah yang tersedia yakni Agama, Sejarah, Inggris, Indonesia, Matematika.
"Saya dan teman-teman akhirnya cari buku sendiri di toko buku karena buku dari pemerintah pun kurang lengkap. Tapi buku dari beberapa penerbit pun suka beda-beda materinya makanya kami bingung, tidak jelas yang dipakai yang mana," jelasnya.
Murid lainnya, Adji Syarifah menambahkan buku yang murid dan guru pakai pun kerap berbeda-beda. Oleh sebab itu, menurutnya, murid harus aktif mencari buku sendiri.
"Kadang guru juga bingung pakai Kurikulum 2006 atau 2013, suka beda bukunya guru dan siswa," kata Adji.
"Kami juga pakai buku kelas XII, dilihat bab-babnya yang dipelajari. Jadinya acak, harus rajin cari buku. Kalau tidak bisa beli buku cari di perpus sekolah," jelas Adji.
Ia mengaku juga belum terbiasa dengan metode yang mengharuskan mereka melakukan presentasi.
"Kami kan biasanya pakai kurikulum 2006 terus tiba-tiba dengan kurikulum ini kami kaget kalau disuruh guru presentasi. Sebenarnya bagus agar kami selalu belajar pada malam harinya tetapi belum terbiasa," ujar Adjie.
Baik Fasha maupun Adjie pun menyambut baik penghentian Kurikulum 2013 dan pemberlakuan kembali Kurikulum 2006. Namun, bagi mereka yang sudah tiga semester menjalani Kurikulum 2013 belum jelas nasibnya apakah metode pembelajarannya diganti pada semester mendatang atau tetap menggunakan Kurikulum 2013.
"Sekolah kami kan sudah tiga semester pakai kurikulum 2013, dengar-dengar tidak diganti, kecuali sekolah yang baru menerapkan satu semester. Masih belum jelas bagaimana tetapi apa pun kurikulumnya, kami bergarap semoga lebih jelas, baik itu kesiapan gurunya dan kurikulumnya. Jangan dadakan," jelas Adjie.
Pewarta: Monalisa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014