Jakarta (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia (BI), Burhanuddin Abdullah, mengemukakan "global imbalances" (ketidakseimbangan global) ekonomi yang terjadi saat ini akan diselesaikan melalui mekanisme pasar, tidak lagi dengan kesepakatan-kesepakatan. "Kita sudah melakukan pertemuan dengan Gubernur `The Fed` (Bank Central Amerika Serikat) Ben Bernanke mengenai `global imbalances' itu, tentang bagaimana AS dan akan melakukan apa, karena saat ini tuntutannya akan mengarah kepada dua negara yakni AS yang mengalami defisit dan China yang mengalami surplus dalam neraca pembayarannya," kata Burhanuddin di Jakarta, Senin. Dia mengatakan, kesimpulan atas pertemuannya dengan Bernanke di Australia pekan lalu itu menghasilkannya kesimpulan yang juga telah diambil ketika mereka bertemu di Bali, yakni penyelesaian "global imbalances" akan diselesaikan melalui mekanisme pasar secara bertahap. Menurut Burhanuddin, penyelesaian "global imbalances" melalui mekanisme pasar itu diputuskan atas dua pandangan yang sama. Pandangan yang pertama, kata Burhanuddin, yakni AS dan Indonesia tidak akan menyukai penyesuaian yang tiba-tiba terhadap "global imbalances" itu karena akan mengganggu kehidupan ekonomi negara terutama negara-negara "emerging market" termasuk Indonesia. Sedangkan yang kedua, lanjut Burhanuddin, kelihatannya AS dan China akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan agar penyesuaian itu tercapai secara perlahan atau bertahap dan mereka akan mengarah kepada "soft landing". Burhanuddin mengemukakan, penyelesaian "global imbalances" saat ini akan berbeda dengan apa yang pernah dilakukan sebelumnya. "Dulu memang ketidakseimbangan global di bidang ekononomi akan diselesaikan dengan kesepakatan-kesepakatan (plaza atau accord). Namun sekarang ini akan lebih ke arah yang hati-hati dan pasar," kata Burhanuddin.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006