"Sampai saat ini belum ada peningkatan status, Merapi masih berstatus `waspada`. Luncuran awan panas ini adalah `secondary eruption` seperti yang sudah diramalkan sebelumnya," kata Bupati Sleman.

Yogyakarta (ANTARA News) - Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Magelang, Jawa Tengah (Jateng) kembali menyemburkan awan panas dengan jarak luncur sejauh tiga kilometer sebanyak dua kali pukul 19.27 dan 19.31 WIB, Senin malam. "Tim SAR sudah disiagakan di lapangan sejak pukul 19.30 WIB untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi hal yang tidak diinginkan terutama keselamatan pendduduk di kaki Merapi," kata Bupati Sleman, Ibnu Subiyanto ketika dihubungi ANTARA News di Yogyakarta. Luncuran awas panas tersebut berlangsung sekitar dua menit ke arah Kali Gendol hingga menyentuh Bukit Kendil yang menjadi penghalang awan panas masuk ke area Kaliadem, Kepuharjo, Cangkringan Bupati Ibnu Subiyanto yang malam ini melakukan pengecekan lokasi dan kegempaan Gunung Merapi minta aparat pemerintah daerah dan penduduk setempat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman awan panas. Ia ingin memastikan kondisi Gunung Merapi disamping mengunstruksikan agar Posko Satlak Penanggulangan Bencana dan Pengungsian di Pakem terus diaktifkan dan ditambah jumlah petugasnya. Ditanya kemungkinan dilakukan evakuasi penduduk, Bupati Ibnu Subiyanto mengatakan belum perlu dilakukan karena awan panas tersebut hanya merupakan tanda-tanda awal yang masih perlu pengamatan lebih lanjut. "Sampai saat ini belum ada peningkatan status, Merapi masih berstatus `waspada`. Luncuran awan panas ini adalah `secondary eruption` seperti yang sudah diramalkan sebelumnya," katanya. Sementara itu, petugas Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Kaliurang, Heru mengatakan sampai saat ini telah terjadi delapan kali semburan awan panas. "Dua luncuran awan panas pada pukul 19.27 dan 19.31 WIB jarak luncurnya paling jauh, mencapai tiga kilometer menuju Kali Gendol," katanya. Menurut dia, awan panas tersebut terjadi saat hujan deras sehingga membuat langit berkabut dan menutup pandangan pengamatan. "Secara visual sulit dilakukan pengamatan, tetapi dari aspek kegempaan dapat terbaca adanya peningkatan aktivitas Merapi. Gempa fase banyak (multi fase) meningkat, tetapi jumlah pastinya kami belum tahu," kata dia. Ia mengatakan, luncuran awan panas tersebut terjadi karena pengaruh hujan di puncak dan lereng Merapi. "Aktivitas Merapi pada 2006 ini memang belum selesai, bahkan semburan awan panas saat ini dipicu oleh hujan," kata dia. Awan panas terakhir muncul pada pukul 20.25 WIB, sementara getaran-getaran di gunung masih terjadi meski hujan sudah mereda. Dikhawatirkan awan panas ini akan terus menerus meluncur hingga melongsorkan kubah lava 2006 yang akan mempertajam luncuran awan panas. Kondisi ini sudah disampaikannya melalui radio panggil kepada pihak-pihak terkait di lokasi agar lebih mewaspadai ancaman awan panas yang lebih serius. "Kegiatan di lajur Sungai Gendol sepanjang enam kilometer dari puncak Merapi sebaiknya ditiadakan dulu," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006