Jakarta (ANTARA News) - Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2007 diperkirakan bisa mencapai tujuh hingga delapan persen apabila didukung oleh proyek-proyek infrastruktur dan turunannya yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah.
"Karena itu pemerintah harus segera merealisasikan proyek-proyek infrastruktur tersebut, sehingga ekonomi akan tumbuh makin cepat," kata Chief Economist BII Ferry Latuhihin dalam seminar sehari "Economic, Business and Investment Outlook 2007 di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan, pemerintah harus melakukan kerjasama ekonomi dengan Cina maupun India yang merupakan raksasa ekonomi Asia dengan pertumbuhan ekonomi cukup tinggi masing-masing 10,3 persen dan sembilan persen.
Cina maupun India bahkan siap melakukan investasi di dalam negeri dalam jumlah yang cukup besar. Apabila investasi kedua negara itu sudah terealisir dan menarik jumlah tenaga yang cukup besar, maka ekonomi Indonesia akan berjalan dengan baik, katanya.
Pertumbuhan ekonomi Asia, katanya, saat ini berbeda dibanding beberapa tahun lalu. Kini Asia tumbuh pesat bahkan Amerika Serikat aktif melakukan investasi baru di Cina melihat pertumbuhan yang sangat besar itu.
Ekonomi Indonesia, menurut Ferry Latuhihin, sangat meyakinkan untuk tumbuh lebih besar lagi, melihat inflasi yang terus turun, tingkat suku bunga berada satu digit pada tahun depan, keyakinan konsumen yang terus meningkat, dan perolehan bank yang terus membaik.
Karena itu tidak ada alasan bahwa ekonomi Indonesia akan melambat bahkan target ekonomi sebesar 6,2 persen yang ditetapkan pemerintah diperkirakan akan terlampaui, katanya.
Ditanya mengenai pertumbuhan ekonomi AS yang melambat, ia mengatakan, tidak menjadi masalah karena Indonesia bisa berbisnis dengan Cina, India maupun Jepang yang merupakan raksasa ekonomi saat ini.
Defisit transaksi berjalan AS yang terus membengkak sebesar 850 miliar tidak menjadi Amerika Serikat bangkrut bahkan AS tetap merupakan pasar potensial bagi negara-negara Asia.
Mengenai BI rate, ia mengatakan, pada tahun depan diperkirakan akan bisa mencapai 8 persen. Namun hal tersebut dikuatirkan akan menyebabkan investor asing mengalihkan dananya yang saat ini mencapai Rp70 triliun ke negara lain, karena tingkat perbedaan suku bunga antara rupiah dan dolar makin mengecil.
Karena itu Bank Indonesia (BI) diminta hati-hati dalam melanjutkan penurunan BI rate, sehingga tidak menimbulkan gejolak terhadap pergerakan rupiah, demikian Ferry Latuhihin.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006