Bogor (ANTARA News) - Demontrasi menolak kehadiran Presiden Amerika Serikat George W Bush yang dilakukan oleh ribuan Mahasiswa dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-jabotabek di Jalan Padjajaran, Bogor, Senin siang, tetap berlangsung meskipun diguyur hujan. Dari pantauan ANTARA, aksi unjukrasa yang dilakukan oleh seribu orang itu terbelah jadi dua bagian. Di ruas bagian kanan jalan raya Padjajaran dan di rusah bagian kiri dipenuhi oleh massa demonstran dan masyarakat yang ikut menonton. Selain massa BEM sejabotabek, massa lain yang demo di jalan tersebut adalah dari Front Anti Imprialisme yang juga merupakan gabungan dari organisasi massa mahasiswa di seluruh Indonesia. BEM se-jabotabek memberikan peryataan sikap diantaranya menuntut kepada Presiden Bush untuk menghentikan arogansi AS di negara-negara dunia ketiga, menghentikan intervensi AS terhadap negara lain, serta mencabut boikot dan embargo ekonomi yang dilakukan terhadap rakyat Palestina. Sementara itu, ratusan masyarakat yang ikut menonton peristiwa tersebut sempat membubarkan diri ketika hujan menggujur jalan Padjajaran. Mereka itu, dari berbagai tempat baik dari dalam maupun luar Bogor dengan didominasi oleh kendaraan roda dua. Bahkan ada diantara mereka yang membawa serta anak dan istrinya serta sempat melakukan makan siang bersama ditrotoar jalan Padjajaran. Hingga pukul 15.20 WIB, demo dan kumpulan masyarakat masih belum juga bubar padahal sudah sejak pagi pukul 10.00 WIB. Aparat keamanan masih berjaga-jaga diwilayah tersebut dan hingga kini belum ada terjadi bentrok fisik antara para demostran dengan kumpulan masyarakat. Salah satu koordinator lapangan BEM se-jabotabek, Muhamad Budi Prasetyo mengatakan akan terus menggelar aksi demontrasi hingga Presiden Bush datang. Sedangkan Lurry (25 tahun), warga Bogor mengatakan sengaja datang ke jalan raya Padjajaran karena ingin menyaksikan peristiwa yang terbilang langka di kota Bogor. "Peristiwa ini jauh ramai dibandingkan acara yang pernah digelar di Bogor sebelumnya seperti acara tujuh belasan Agustusan," ungkapnya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006