Bracciano (ANTARA News) - Pernikahan itu boleh jadi merupakan pernikahan selebriti terakbar tahun ini, namun warga di kota abad pertengahan Italia yang menjadi tuan rumah perkawinan bertabur bintang antara Tom Cruise dan Katie Holmes itu tak dapat menyaksikan satupun dari mereka. Keadaan yang demikian tentu saja membuat mereka sangat tak bahagia, demikian menurut laporan Reuters. Cruise dan Holmes menikah, Sabtu, dalam upacara menurut ritual Scientology yang perinciannya disampan rapat-rapat sampai staf humas Cruise yang berkedudukan di AS mengeluarkan pernyataan. Pada saat itu, penduduk Bracciano, kota kecil di tepi danau dekat Roma yang dipilih pasangan itu sebagai tempat pernikahan mereka, sudah lelap tertidur. "Pernikahan Siluman" dan "Tom dan Katie: Hantu Yang Baru Menikah", demikian bunyi judul utama koran-koran Italia, Minggu. Judul tersebut mencerminkan kekecewaan para penduduk dan para paparazzi yang datang berbondong-bondong ke Bracciano untuk meliput acara itu. Para penggemar dan penonton telah berkumpul sejak Sabtu pagi hari di luar kastil abad pertengahan itu, tempat upacara yang sudah lama dinanti-nantikan akan berlangsung pada malam harinya, dengan harapan mereka dapat melihat sekilas puluhan bintang Hollywood yang datang menghadiri acara ini. Namun apa yang mereka saksikan dari belakang tembok penghalang yang memisahkan mereka dari kejauhan adalah parade mobil Mercedez dan limusin hitam dengan kaca jendela berwarna, membawa pasangan itu dan 150 tamu mereka memasuki pintu gerbang besi kastil. Tak ada basa-basi Untungnya para warga merasa terhibur dengan kembang api yang dinyalakan seusai upacara pernikahan. "Ini seperti film yang buruk," kata Barbara Giuri, 19 tahun, sementara kabut malam mulai menyelimuti kastil. "Mengecewakan sekali. Setelah melalui pemberitaan dan segala perbincangan yang luas, tak seorang pun dapat menyaksikan pernikahan ini. Mereka bahkan tidak muncul untuk menyapa," kata Sergio Pagliaro, seorang pensiunan berusia 76 tahun yang telah menanti selama berjam-jam bersma istrinya. "Saya kira mereka harus memperlihatkan perasaan hormat mereka kepada warga Bracciano yang telah menantikan sejak lama," kata Armando Tondinelli, seorang anggota Dewan Bracciano. "Orang-orang ini bertindak seolah-olah mereka lebih tinggi daripada yang lainnya, mereka tak melihat hal yang lebih penting dalam hidup. Menyapa akan lebih baik, ini hanya soal kesopanan," kata Tondinelli. (*)
Copyright © ANTARA 2006