Jakarta (ANTARA News) - Pengamat pasar modal Gema Merdeka Goeyardi menilai bahwa penurunan harga saham Bumi Resources Tbk (BUMI) menandakan kepercayaan investor terhadap kinerja perseroan negatif.

"Untuk menginvestasikan dana di pasar saham, tentu investor akan selektif memilih portofolio sahamnya, jika sudah tidak ada kepercayaan dari investor maka wajar jika harga saham BUMI terus tertekan" ujar Gema Merdeka Goeyardi yang juga President & Founder PT Astronacci International di Jakarta, Kamis.

Dalam data BEI, saham BUMI mengalami penurunan hingga 75,24 persen dari Rp315 per lembar saham pada penutupan perdagangan 4 Desember 2013, menjadi Rp78 per lembar saham pada perdagangan saham 4 Desember 2014.

Menurut dia, indikasi kepercayaan investor yang menurun terlihat ketika Bumi Resources Tbk gagal melakukan penawaran umum terbatas atau "right issue" keempat senilai Rp3,162 miliar atau setara 275 juta dolar AS, sebanyak 12,65 miliar lembar saham pada awal Oktober 2014 lalu.

"Right issue BUMI tidak diminati investor, disitu salah satu titik awal bahwa kepercayaan investor sudah menurun," ucapnya.

Kemudian, lanjut Gema Merdeka Goeyardi, sektor pertambangan yang juga sedang lesu menambah kinerja perseroan memburuk sehingga minat investor terhadap saham BUMI kembali menurun. di sisi lain, pelaksanaan tata kelola perusahaan atau "corporate governance" juga dinilai kurang baik.

Selain itu, lanjut dia, diturunkannya peringkat PT Bumi Resources Tbk menjadi "default" dari sebelumnya "selective default" oleh lembaga pemeringkat internasional, Standard & Poors (S&P) menambah sentimen negatif bagi saham BUMI.

"Itu menjadi multi problem bagi perseroan yang juga merupakan salah satu perusahaan tambang milik grup Bakrie, jika tidak ada perbaikan dari manajemennya diperkirakan saham BUMI bisa menyentuh ke level terendah menjadi Rp50 per lembar saham" katanya.

Kendati demikian, menurut Gema Merdeka Goeyardi, harga saham BUMI bisa kembali ke level tertingginya yang sempat menyentuh Rp8.000 per lembar saham pada pertengahan 2008 lalu.

"Harga saham itu seperti roda, jika ada perbaikan dari manajemen bukan tidak mungkin hargsa saham BUMI kembali ke level tertingginya," ucapnya.

Analis PT Asjaya Indosurya Securities, William Suryawijaya menambahkan bahwa tantangan Bumi Resources Tbk memang cukup berat saat ini di tengah kondisi sektor batu bara yang kurang positif.

"Harga batu bara tidak kunjung menunjukan tanda-tanda peningkatan saat ini, apalagi kondisi perekonomian global cenderung melambat," ujarnya.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014