Cirebon (ANTARA News) - Ratusan warga terdiri atas pemuda, orang tua, termasuk ibu-ibu, dari tiga desa mengepung Polsek Cirebon Utara (Cirut), Minggu sore sekitar pukul 15.30 WIB menuntut agar 12 pemuda yang diduga sebagai pelaku tawuran agar dibebaskan dan menuntut tanggungjawab polisi menyusultewasnya seorang warga tercebur di Sungai Bondet. Semakin sore, jumlah pengunjuk rasa dari Desa Wanakaya, Kalisapu dan Astana semakin banyak, sehingga Polres Cirebon kemudian menurunkan satuan Dalmas yang berjaga-jaga di depan Mapolsek, bahkan Kapolres Cirebon, AKBP Pudjiono Dulrachman, juga turun tangan untuk membubarkan massa yang membuat arus lalu lintas terhambat. Sekitar pukul 17.00 WIB, masa dibubarkan paksa dan mereka yang bergerombol di pinggir jalan diminta untuk kembali ke rumah masing-masing. Menurut Kapolres, tuntutan warga sangat tidak menghormati hukum, karena 12 pemuda yang diamankan masih dimintai keterangan untuk mengungkap siapa pelaku tawuran sebenarnya. "Mereka belum ditetapkan tersangka dan baru dimintai keterangan, karena kalau pengakuan mereka pasti membantah ikut tawuran, tetapi kami tidak sebatas pengakuan dan berusaha mengumpulkan bukti-bukti," katanya. Menurut Kapolres, tawuran itu dipicu oleh aksi trek-trekan pemuda Desa Wanakaya dan Kalisapu dengan menggunakan sepeda motor yang melintasi juga jalan raya di depan Makam Sunan Gunungjati, Desa Astana, Sabtu malam. Karena suara bising bisa mengganggu kekhusuan peziarah, sejumlah pemuda Desa Astana kemudian meneriaki mereka agar tidak melakukan trek-trekan atau balapan liar di depan Komples Makam Sunan Gunung Jati, namun para pemuda itu justru tidak terima dan memanggil kawan-kawannya yang lain sehingga terjadilah tawuran. Akibat tawuran arus lalu lintas ruas Cirebon-Karangampel menjadi terganggu dan petugas Kepolisian kemudian membubarkan massa, lalu menyisir di setiap jalan di tiga desa untuk menciduk mereka yang terlibat tawuran. Salah seorang pemuda, Gandi (24) rupanya ketakutan melihat petugas menyisir jalan di desa mereka, sehingga berusaha menghindari razia dengan menyebrang ke desa lain melintasi Sungai Bondet, namun malang rupanya ia tidak begitu pandai berenang sehingga kemudian ditemukan tewas. Akibat tewasnya Gandi, warga Desa Kalisapu, sejumlah penduduk desa itu meminta pertanggungjawaban polisi, karena diduga ikut menjadi penyebab tewasnya pemuda itu. Kapolres menegaskan saat itu petugas hanya menyisir di sepanjang jalan untuk mencari pelaku tawuran dan tidak melakukan penyisiran dari rumah ke rumah. "Kematian warga itu bukan karena dikejar-kejar petugas," katanya. Saat ini situasi mulai tenang, namun sejumlah personel kepolisian masih tampak berjaga-jaga mengantisipasi munculnya kembali gerakan massa yang berusaha membebaskan warga yang masih dimintai keterangan. Sejumlah aparat desa, kecamatan dan tokoh masyarakat, usai aksi unjukrasa itu dikumpulkan di Mapolsek Cirebon Utara dan Kapolres meminta mereka untuk memberikan penjelasan dan meredam kesalahpahaman yang terjadi. Seperti diketahui, selama ini pemuda Desa Astana dan Desa Wanakaya kerap melakukan aksi tawuran hanya karena persoalan sepele, seperti rebutan lahan parkir di tempat ziarah, saling ejek, atau hanya persoalan rebutan gadis idaman. (*)
Copyright © ANTARA 2006