Pengambilan sampel tersebut adalah bagian dari penyelidikan mengenai kemungkinan peran burung liar dalam penyebaran flu unggas di Belanda. Penyelidikan itu masih berlangsung.
Analisis lebih lanjut terhadap kedua sampel yang tercemar dari Kamerik tersebut diharapkan bisa mengungkap apakah itu adalah virus H5N8. Virus sangat menular H5N8 tak ditemukan pada 1.500 burung liar yang diteliti sebelumnya.
Penularan pertama wabah flu unggas itu di Belanda terjadi pada 15 November di satu peternakan unggas di Hekendorp di Provinsi Utrecht. Lima hari kemudian, virus tersebut muncul di satu peternakan di Desa Ter Aar di Belanda Selatan, lalu diikuti oleh dua penularan pada satu peternakan ayam dan satu peternakan bebek di Kamperveen di Provinsi Overijssel. Semua penularan flu unggas itu melibatkan varian H5N8.
Menurut hasil penyelidikan awal oleh Lembaga Peternakan Sentral (CVI), sangat mungkin bahwa di Hekendorp, Ter Aar dan Kamperveen kemunculan terpisah telah terjadi, demikian laporan Xinhua.
Pada 23 November, Kementerian Urusan EKonomi Belanda memberlakukan pendekatan regional guna memerangi penyebaran flu unggas. Negara itu terbagi menjadi empat wilayah unggas. Kontak antara wilayah tersebut dikurangi sampai tingkat minimum. Semua tindakan dirancang untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.
Sharon Dijksma, Sekretaris Negara bagi Kementerian Urusan Ekonomi Belanda, pada Senin menyatakan di dalam satu surat kepada Parlemen bahwa ia mungkin akan melancarkan langkah baru guna memerangi flu unggas pada 2 Desember, ketika satu pertemuan dijadwalkan dengan wakil dari industri unggas di negeri tersebut.
(Uu.C003)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014