Bogor (ANTARA News) - Ancaman teror menjadi target utama dalam langkah pengamanan yang diambil pihak kepolisian, terutama menjelang kunjungan Presiden Amerika Serikat (AS), George W Bush ke Kota Bogor, mengingat beberapa pelaku utama aksi teror belum tertangkap.
"Ancaman teror di Bogor, terutama menjelang kunjungan Presiden Amerika Serikat George Walker Bush, juga menjadi target utama Polisi Wilayah (Polwil) Bogor," kata Kapolwil Bogor Kombes Pol Sukrawardi Dahlan, Minggu.
Guna mengantisipasi ancaman teror, menurut Sukrawardi, sejak jauh hari pihaknya sudah mengkondisikan masyarakat untuk menjaga lingkungannya masing-masing.
"Kalau ada pendatang baru, akan diminta melapor sehingga identitasnya jelas. Jangan sampai pendatang tersebut tidak diketahui identitasnya, ternyata telah melakukan rencana teror," katanya.
Kalau ada pendatang baru yang dinilai mencurigakan, Sukrawardi meminta agar masyarakat setempat segera melaporkannya ke polisi. Sehingga, polisi bisa bertindak cepat mengantisipasi situasi yang tidak diharapkan.
Sebelumnya, Dandim 0606 Suryakenacana, Letkol Inf Abdul Karim meminta kepada tokoh masyarakat untuk meningkatkan keamanan di lingkungan masing-masing. "Kami minta kepada para tokoh masyarakat untuk menjaga lingkungan masing-masing agar selalu kondusif," katanya.
Sementara itu, Kapolresta Bogor AKBP Nurwindianto menyatakan, dalam sepekan terakhir Kota Bogor sudah dua kali terkena teror bom. Pertama, kiriman bingkisan dari seseorang untuk Mr. Bush di Hotel Salak.
"Bingkisan tersebut ketika dideteksi menggunakan metal detektor berbunyi sangat kuat. Namun setelah dijinakkan oleh tim gegana dan dibuka, ternyata isinya figura foto yang ada jam wekernya, sehingga berbunyi," jelasnya.
Pada Sabtu (18/11), polisi juga menerima laporan adanya sebuah mobil Toyota Corona 2000 dengan plat nomor L 88 DD yang diparkir di halaman Hotel Salak selama beberapa hari.
"Setelah dideteksi oleh tim Gegana Polri ternyata tidak terbukti. Mobil tersebut milik Febri Jatmiko (32 tahun) pegawai PT Telkom yang sedang ditugaskan oleh kantornya bekerja sementara di Hotel Salak," kata Nurwindianto.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006