Kepala Statistik dan Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang, Erny Fatma Setyoharini, Selasa menilai tingginya angka inflasi November cukup wajar karena banyak komponen yang terkena dampak dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Hampir semua komponen kebutuhan, mulai dari pangan, transportasi dan perumahan terkena dampak kenaikan harga BBM tersebut.
"Padahal kami menghitung kenaikan harga berbagai komoditas itu setelah adanya kebijakan kenaikan harga BBM atau pada periode 18-30 November 2014. Bahkan, angka inflasi pada Desember akan lebih tinggi karena efek BBM masih terasa, apalagi ada kenaikan tarif PDAM mulai November yang dibayarkan pada Desember," ujarnya.
Sepuluh komoditas yang mengerek angka laju inflasi November 2014, di anatranya adalah premium (bensin), angkutan dalam kota (angkot), cabai rawit, cabai merah (besar), angkutan antarkota, ikan laut, tarif listrik, beras, dan biaya administrasi Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dari perbankan.
Sementara sejumlah komoditas yang mengalami penurunan, di antaranya adalah angkutan udara, daging ayam ras, bawang merah, batu bata, bawang putih, AC, kangkung, telur ayam ras serta emas perhiasan.
Ia mengatakan kenaikan harga berbagai komoditas tersebut berasal dari dampak komoditas yang harga-harganya dikendalikan oleh pemerintah pusat, seperti BBM yang tidak bisa dikendalikan pemerintah daerah.
Oleh karena itu, kata Erny, tim pengendali inflasi daerah (TPID) yang ada di daerah bisa berperan aktif bisa ikut mengendalikan inflasi dengan membuat kebijakan yang bisa diinisiasi daerah, seperti penundaan kenaikan tarif PDAM.
Menurut dia, secara keseluruhan kelompok komoditas yang menyumbang angka inflasi terbesar adalah kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang mencapai 0,95 persen. Disusul kelompok bahan makanan sebesar 0,43 persen serta kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,08 persen.
"Kalau melihat situasi dan kondisi seperti sekarang ini sebagai akibat kenaikan harga BBM terhadap berbagai komoditas, inflasi Desember kemungkinan besar masih cukup tinggi," tegasnya.
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014