Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin pagi, bergerak melemah sebesar 65 poin menjadi Rp12.250 dibandingkan posisi sebelumnya Rp12.185 per dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta mengatakan bahwa pergerakan nilai tukar rupiah cenderung dipengaruhi sentimen global di tengah antisipasi investor terhadap data ekonomi Indonesia yang sedianya akan diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 1 Desember.
"Rupiah melemah terbawa arus penguatan dolar AS di Asia, tetapi perlu diingat, dalam sebulan terakhir, pergerakan rupiah terhadap dolar AS jauh lebih baik dibandingkan mata uang negara-negara di kawasan Asia," katanya.
Ia memperkirakan bahwa angka inflasi November 2014 diproyeksikan naik enam persen. Sementara itu, neraca perdagangan Oktober diperkirakan mengecil defisitnya.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa turunnya harga minyak mentah dunia membuat dolar AS mengalami penguatan, harga minyak yang lebih rendah dapat meningkatkan belanja konsumen di AS yang akan merangsang perekonomiannya.
"Saat ini, dolar AS menjadi alternatif yang menarik dalam menjaga nilai aset," katanya.
Menurunnya harga minyak dunia, lanjut dia, setelah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) memutuskan untuk tetap mempertahankan kuota produksinya sehingga membuat investor khawatir akan melimpahnya suplai minyak di pasar.
Di sisi lain, ia mengatakan bahwa investor juga sedang waspada menjelang serangkaian publikasi data manufaktur global dari Tiongkok, Jepang, dan negara-negara di kawasan Eropa.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014