Transaksi `e-commerce` di Indonesia saat ini masih lima persen saja, padahal kalau melihat potensi pasarnya sangat besar,
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkoinfo) Rudiantara menantang lulusan Universitas Multimedia Nusantara (UMN) untuk menggarap bisnis perdagangan secara daring atau "online" (e-commerce) yang sekarang ini sudah mulai marak di dunia.
"Transaksi e-commerce di Indonesia saat ini masih lima persen saja, padahal kalau melihat potensi pasarnya sangat besar," kata Rudiantara dihadapan civitas akademika UMN pada acara wisuda gelombang VI di Serpong Tangerang, Banten, Sabtu.
Dia menunjuk pelanggan ponsel di Indonesia mencapai 200 juta, dari jumlah tersebut 140 juta pelanggan aktif serta 47 juta di antaranya menggunakan internet melalui fasilitas ponsel pintar, sehingga potensi pasar untuk bisnis perdagangan daring masih besar.
Rudiantara mengatakan, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini maju dengan pesat, hal ini seharusnya telah dipersiapkan dan diantisipasi kalangan perguruan tinggi untuk mengisi usaha-usaha dibidang tersebut.
Menurut dia, hadirnya masyarakat ekonomi ASEAN pada 2015 mendatang harus dapat diantisipasi dengan memperkuat sektor wirausaha dibidang TIK, salah satu dengan meningkatkan bisnis perdagangan secara daring seperti yang telah dilakukan sejumlah situs e-commerce.
Rudiantara berpesan setelah kuliah pertanyaan terpenting bukan menjadi apa nantinya, tetapi mau melakukan apa. "Kalau sekadar berkerja sudah menjadi hal biasa, tetapi yang terpenting bagaimana menciptakan usaha," tuturnya.
"Dengan menjadi wirausaha maka kita akan mendapatkan nilai tambah, kemudian kita juga memilik akses langsung dengan sumber daya yang sebenarnya di Indonesia masih banyak yang belum digarap," ucapnya.
Pemerintah, kata Rudiantara, akan terus memperbaiki iklim bisnis, termasuk pengembangan wirausaha dan memperbaiki teknologi.
Pasar e-commerce di Indonesia pada tahun 2013 Rp8 miliar, tetapi dengan perkembangan teknologi saat ini diperkirakan pada tahun 2016 bisa mencapai Rp20 miliar.
Menurut Rudiantara, kalau melihat dari jumlah penduduk maka Indonesia masih menjadi pasar terbesar dibanding negara ASEAN lainnya, tetapi capaian ke depannya bukan pasar, tetapi produsen untuk itu perlunya tenaga-tenaga wirausaha.
Dia mencontohkan dari sekian banyak produk-produk ICT, masih sedikit yang produksi Indonesia, semuanya merupakan buatan dari luar negeri.
Rudiantara juga mengatakan, pemerintah saat ini tengah mempersiapkan "broadband plan 2018" bentuknya bisa jaringan kabel atau tanpa kabel. Karena nilainya besar pemerintah melibatkan operator untuk berinvetasi. Sasarannya 70 persen perkotaan, serta 30 persen perdesaan.
Pada kesempatan tersebut, Rektor UMN Ninok Leksono mengatakan, wisuda VI UMN meluluskan 512 orang, dari jumlah tersebut sebanyak 90 persen telah berkerja sebagaian besar menjadi wirausaha dengan basis dibidang ICT.
Ninok mengatakan, untuk menjadikan lulusan UMN sebagai wirausaha unggul, mahasiswa diwajibkan mengikuti mata kuliah "technopreneurship". UMN juga mengembangkan wadah inkubator bisnis "skystar ventures" ditujukan untuk membantu mahasiswa yang memiliki ide bisnis brilian untuk dikembangkan.
"Harapannya akan muncul perusahaan-perusahaan perintis (startup) berbasis teknologi dan internet. Selama enam bulan mereka dibekali fasilitas workshop, kantor, dan pendanaan untuk merealisasikan ide bisnis yang telah diusulkan," ujar Ninok.
Ninok juga mengatakan, UMN dalam meningkatkan kualitas lulusannya juga telah berkerja sama dengan perguruan tinggi di luar negeri diantaranya Tokyo Denki University (Jepang), UCSI University (Malaysia), Chinese Culture University (Taiwan), Swineburne University of Technology dan University of Technology Sydney (Australia), Lund University (Swedia), dan Qingdao University (Tiongkok).
Pewarta: Ganet
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014