Jakarta (ANTARA News) - Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) mengajak kalangan civitas akademika Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk menjadikan Sistem Resi Gudang (SRG) sebagai salah satu objek penelitian guna mengembangkan dan menyempurnakan implementasi SRG di Indonesia.
"Kami berharap agar mahasiswa dapat turun ke masyarakat melalui kegiatan KKN dan dapat memberikan pemahaman mengenai Sistem Resi Gudang," kata Kepala Biro Perniagaan Bappebti, Pantas Lumban Batu, dalam siaran pers yang diterima, Sabtu.
Selain ajakan meneliti, Bappebti juga meminta mahasiswa tingkat akhir yang melaksanakan kuliah kerja nyata (KKN) mensosialisasikan kepada masyarakat. Dan dalam beberapa tahun ke depan, mahasiswa UGM diharapkan menjadi pelaku sebagai petani, pengusaha, peneliti, investor, ahli komoditas, dan pengelola gudang.
SRG, sesuai UU Nomor 9 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah dalam UU Nomor 9 Tahun 2011, merupakan salah satu instrumen yang dapat dimanfaatkan oleh para petani, kelompok tani, gabungan kelompok tani, koperasi tani, maupun pelaku usaha (pedagang, prosesor, pabrikan) sebagai instrumen pembiayaan perdagangan.
SRG dapat menyediakan akses kredit bagi dunia usaha dengan jaminan barang (komoditas) yang disimpan di gudang.
"SRG berbasis kerakyatan dan manfaatnya menyentuh masyarakat di level bawah. Salah satu masalah dalam sektor pertanian adalah masih panjangnya mata rantai tata niaga pertanian, sehingga menyebabkan petani tidak dapat menikmati harga yang lebih baik, karena pedagang telah mengambil untung terlalu besar dari hasil penjualan. SRG merupakan solusi untuk masalah tersebut," kata Pantas.
Bappebti bekerja sama dengan Pemerintah Daerah sejak tahun 2009 sampai 2013 telah membangun 98 gudang SRG di 78 kabupaten di 21 provinsi. Tahun 2014, Bappebti bersama pemerintah daerah kembali melakukan pembangunan 19 gudang di 19 kabupaten.
"Pembangunan gudang SRG merupakan komitmen pemerintah, melalui Kementerian Perdagangan untuk membantu menghidupkan perekonomian daerah, mendorong tumbuhnya pelaku usaha di daerah, dan sebagai sarana pengendalian stok nasional yang lebih efisien," ujar Pantas.
Sejak diluncurkannya resi gudang pada 2008, hingga saat ini sudah dilakukan penerbitan di 47 kabupaten/kota, meliputi Bener Meriah, Simalungan, Deli Serdang, Pasaman Barat, Tangerang, Lebak, Indramayu, Bogor, Sumedang, Ciamis, dan lainnya.
Secara akumulatif sampai 24 November 2014, jumlah resi gudang yang telah diterbitkan sebanyak 1.759 resi dengan total volume komoditas sebanyak 70.968,05 ton yang terbagi 60.598,95 ton gabah, 5.295,47 ton beras, 4.628,15 ton jagung, 25,49 ton kopi, dan 420 ton rumput laut atau total senilai Rp358,28 miliar.
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014