"Satu tahun endapan sedimen lumpur yang berasal dari atas ke Waduk Gajah Mungkur enam juta kubik per tahun. Bayangkan banyak sekali. Setiap tahun dikeruk. Tidak akan selesai," kata Presiden Jokowi di Desa Tempursari, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah,Sabtu.
Di hadapan sekitar 2000 undangan yang hadir dalam acara peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) dan Bulan Menanam Indonesia (BMN) 2014, Presiden mengatakan bahwa tahun depan seharusnya sudah tidak ada lagi kegiatan mengeruk waduk untuk mengatasi sedimentasi.
"Harusnya tahun depan sudah tidak ada lagi kegiatan mengeruk waduk, ... Uangnya untuk menanam yang di atas. Setiap tahun mengeluarkan uang terus untuk mengeruk itu namanya mroyek," kata Presiden yang disambut tawa tamu undangan.
Presiden menjelaskan solusi penanaman daerah hulu untuk mencegah sedimentasi tidak hanya berlaku untuk Waduk Gajah Mungkur namun seluruh waduk di Indonesia.
"Solusi itu...kalau kita tidak ingin waduk kita habis kapasitasnya," katanya.
Pada kesempatan itu ia juga mengemukakan target pemerintah untuk membangun 49 waduk untuk mencapai swasembada pangan dalam tiga tahun.
Ia menuturkan bagaimana Indonesia harus berhenti melakukan impor bahan pangan pokok.
"Saya bertemu Presiden Vietnam ditanya Presiden Jokowi masih butuh beras tidak? Saya diomongin begitu saya malu," katanya.
Seusai memberikan sambutan di acara HMPI dan BMN, Presiden kemudian melakukan peninjauan ke Waduk Gajah Mungkur.
Peringatan HMPI dan BMN tahun ini yang mengusung tema "Hutan Lestari Untuk Mendukung Kedaulatan Pangan, Air dan Energi Terbarukan" itu dihadiri oleh para pejabat pemerintahan dan duta besar negara sahabat.
Dalam acara tersebut Presiden Jokowi menyerahkan penghargaan kepada gubernur, bupati dan walikota pemenang lomba penanaman Satu Miliar Pohon 2013 tingkat nasional dan gubernur juara umum pemenang lomba Wana Lestari 2014.
Pewarta: GNC Aryani
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014