Jayapura (ANTARA News) - Cuaca yang selalu berubah-ubah saat ini menjadi faktor yang menghambat evakuasi korban pesawat twin otter milik perusahaan penerbangan swasta Trigana Air Service (TAS) yang menabrak gunung Gergaji, yang berada di antara Beogo dan Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak Jaya, Papua. Penjabat Bupati Kabupaten Puncak Jaya, Hanock Ibo yang dihubungi ANTARA via telepon seluler dari Jayapura, Sabtu mengakui tim SAR sudah mengerahkan sejumlah pesawat dari Jayapura, Timika, Wamena dan Nabire gengan memantau dari udara, namun karena cuaca di sekitar lokasi tidak bersahabat sehingga belum bisa mengevakuasi korban pesawat Trigana yang naas itu. "Akibat cuaca yang sering berubah, kemungkinan evakuasi dilakukan Minggu (19/11) sesudah dibangun helipad di sekitar lokasi," jelas Ibo. Puing pesawat naas dengan kode penerbangan PK-YPY yang dikemudikan pilot Bambang Djatmiko itu nampak terlihat walaupun hanya terlihat sebelah sayapnya saja di ketinggian 10.600 meter dari permukaan laut, sementara kondisi badan pesawat hancur. Pesawat dengan Co Pilot Haryo dan mekanik Daryanto dicarter Pemkab Puncak Yaya membawa sembilan penumpang yang semua pejabat di Pemkab setempat dengan tujuan Distrik Ilaga. Pesawat buatan Swiss itu lepas landas dari lapangan terbang Mulia ke Ilaga, Jumat (17/11) pukul 07.54 dan direncanakan tiba di Ilaga pukul 08.10 atau sekitar 13 menit, namun kehilangan kontak radio pada pukul 08.00 WIT. Kesembilan penumpang tersebut yaitu Ketua Badan Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan Daerah (BP3D) Pemkab Puncak Jaya, Wirda Fakaubun, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Ismail Burhanudian Wakerwa, dan Kepala Distrik Ilaga, Yesaya Magay. Selain itu staf BP3D dan staf Dinas PU Pemkab Puncak Jaya yakni Benyamin Kogoya, J Rante, Karel Murib, Naman Murib, Pinius Alom dan Anita Wonda.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006