Keterangan tertulis dari Kemenlu, yang diterima di Jakarta, Jumat malam (28/11), para WNI tersebut tiba pukul 23.10 WIB dengan penerbangan Etihad Airways EY 472. Pemulangan dilakukan melalui Beirut dan merupakan gelombang pemulangan ke-241 sejak evakuasi pertama kali dilakukan pada tanggal 4 Pebruari 2012.
Sebelumnya, pada tanggal 27 November 2014, 44 WNI lainnya telah dipulangkan. Segera setelah tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Menlu akan menyerahterimakan kepada Kepala BNP2TKI untuk proses pemulangan ke daerah asal masing-masing.
Konflik internal di Suriah yang terjadi sejak awal tahun 2011 telah mendorong pemerintah melalui Kementerian Luar Negeri melakukan repatriasi WNI yang berada di negara tersebut. Berdasarkan data KBRI Damaskus pada awal tahun 2011, jumlah WNI di Suriah adalah 12.572 orang yang sebagian besar merupakan TKI sektor domestik (PLRT).
Dari jumlah tersebut, hingga hari ini telah dipulangkan sebanyak 11.394 orang secara bertahap. Diperkirakan masih terdapat sekitar 1.178 WNI di Suriah.
"Guna mempercepat evakuasi WNI dari Suriah, khususnya yang tinggal di daerah-daerah pusat konflik, sejak tahun 2012 Kemlu telah 7 kali mengirimkan Tim Khusus Percepatan Repatriasi," tulis rilis tersebut.
Tim tersebut bertugas untuk mencari dan mengevakuasi WNI yang masih tersebar di berbagai wilayah di Suriah ke penampungan KBRI di Damaskus dan Aleppo, menyelesaikan kasus-kasus ketenagakerjaan yang dialami para WNI (bersama pengacara KBRI Damaskus), mempercepat pengurusan exit permit, mengkoordinasikan dan melaksanakan repatriasi jalur darat dari Suriah ke Lebanon.
Sejak 9 Agustus 2011, Pemerintah Indonesia telah menetapkan moratorium ke Suriah. Namun demikian, disayangkan bahwa hingga saat ini arus pengiriman TKI ke Suriah masih terus berlangsung sehingga banyak TKI yang menjadi korban perdagangan manusia di Suriah.
Kemenlu terus berkoordinasi dengan instansi terkait di dalam negeri untuk mencegah arus pengiriman TKI ke wilayah-wilayah konflik seperti Suriah, Irak dan sejumlah negara lainnya.
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014