Yogyakarta (ANTARA News) - Tingkat hunian hotel bintang di Yogyakarta, sampai saat ini dinilai mulai menuju kondisi normal meskipun pada awal Nopember 2006 hanya mencapai 70 hingga 80 persen. Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Istijab Danunegara di Yogyakarta, Sabtu, mengatakan, kondisi ini dinilai masih lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi pascagempa di daerah ini, dengan tingkat hunian hotel hanya mencapai 40-60 persen. "Saat ini mereka yang menginap di hotel di Yogyakarta, memang masih didominasi wisatawan domestik, dan sejumlah wisatawan mancanegara (wisman) khususnya dari negeri Belanda," ujarnya. Menurut dia, keadaan seperti itu disebabkan kondisi pariwisata Yogyakarta yang belum pulih seluruhnya pascagempa, sehingga berakibat kunjungan wisatawan juga belum normal kembali. Apalagi, sejumlah bangunan hotel berbintang di Yogyakarta mengalami kerusakan akibat gempa sehingga terpaksa menutup sejumlah kamar dan fasilitas lain untuk diperbaiki. Dalam waktu dekat, semua hotel yang rusak akibat gempa diharapkan sudah selesai diperbaiki dan bisa kembali beroperasi melayani wisatawan yang berkunjung di Yogyakarta, katanya. Menyinggung sedikitnya jumlah wisman yang menginap di hotel bintang di Yogyakarta, ia menambahkan, pada pascagempa memang "image" pariwisata di Yogyakarta menurun karena ada anggapan daerah ini tidak bisa dikunjungi lagi sehingga mereka membatalkan rencana kunjungan ke daerah ini. Untuk itu, perlu dilakukan promosi untuk mengembalikan "image" pariwisata Yogyakarta dengan harapan kunjungan wisman ke daerah ini pulih kembali. Selain itu, perlu ada penerbangan langsung dari luar negeri ke Yogyakarta, katanya. Sementara itu, Public Relations Manager Hotel Melia Purosani Yogyakarta, Rahayu Diah Sadmawati, mengatakan, sejak 9 Oktober 2006 mulai dilakukan perbaikan bangunan hotel yang rusak akibat gempa secara bertahap selama sekitar empat bulan.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006