Surabaya (ANTARA News) - Alumni Program English for Creative Industry (ECI) Universitas Kristen (UK) Petra Surabaya, Francisca Vinybelinda, bersama rekannya Febyola Linando menyiapkan pementasan teater bertajuk "Evita" selama setahun.
"Ya, kami menyiapkannya selama setahun mulai dari menulis naskah, melakukan audisi pemain, berlatih dengan membaca naskah hingga tanpa naskah, melakukan observasi, dan berlatih dengan koreksi ahli bahasa," kata Cisca di kampus setempat, Jumat.
Cisca sebagai penulis naskah drama teater itu menjelaskan drama teater yang sudah dipentaskan secara "Preview Petra Little Teater" (pementasan khusus sebelum pementasan untuk umum) di Gedung PLT UK Petra, Surabaya (27/11) itu merupakan karya perdana program New Play Development PLT.
"Ada lima orang yang menjadi tokoh dalam pementasan itu yakni mahasiswa UK Petra dari jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV), Internasional Bussiness Manajemen (IBM), dan ECI (Sastra Inggris), bahkan ada juga seorang pemain dari ITS," katanya.
Evita adalah sebuah drama dengan bumbu komedi yang mengangkat kehidupan Evita dan keluarganya yang merupakan keluarga Tionghoa Indonesia dengan "setting" bagian tengah rumah yang dilengkapi foto keluarga, lukisan, lemari, meja-kursi, dan dua pintu.
Dalam drama berdurasi 90 menit itu ada kisah asmara lintas etnis hingga hubungan antargenerasi yang tidak jauh berbeda dari kehidupan sebenarnya.
"Ayahnya tidak setuju Evita menjalin hubungan asmara dengan laki-laki non-Tionghoa, tapi Evita tetap menjalin hubungan, meski akhirnya putus, namun mereka putus bukan soal etnis," katanya.
Selain itu, Evita juga berbeda pandangan dengan sang ayah tentang minat dalam studi, karena sang ayah mengharapkan Evita menempuh bidang studi ekonomi (bisnis), sedangkan Evita lebih menyukai bidang studi desain (seni).
"Akibat konflik dalam hubungan asmara dan studi yang tidak ada titik temu dengan sang ayah itulah, Evita akhirnya memilih kabur untuk memperjuangkan mimpi-mimpinya sesuai kata hati," katanya.
Dalam masa kabur itulah, Evita pun putus dalam asmara, karena perbedaan prinsip dan bukan karena etnis. "Artinya, hubungan asmara itu tidak terjalin atau putus bukan karena etnis, bahkan satu etnis pun masih bisa tidak cocok," katanya.
Setelah studi selesai, Evita pun pulang. "Evita pulang, karena orang tuanya sudah sadar. Di rumah itu, Evita menyaksikan sang kakak yang mengikuti kemauan orang tua untuk masuk jurusan ekonomi/bisnis memang kaya tapi tidak sukses," katanya.
Dalam drama itu digambarkan sang kakak yang kaya itu hidup berfoya-foya untuk menghabiskan uangnya, karena dia memang tidak suka dengan bidang pekerjaan yang digeluti, sehingga dia menghibur diri dengan menghabiskan uangnya.
"Ya, drama itu memang memotret realita dan kami akan memainkan drama itu untuk umum pada 3-6 Desember 2014," kata Febyola Linando yang bertindak sebagai sutradara dalam pementasan itu, didampingi Managing Director PLT UKP, Stefanny Irawan MA.
Ditanya kendala dalam pementasan drama itu, ia mengatakan kendala utama dalam latihan, karena drama itu berbahasa Inggris, sehingga dialek dalam drama itu harus tepat. "Karena itu, kami mengundang ahli Bahasa Inggris untuk menonton," katanya.
Tentang rencana selanjutnya, Febyola mengaku pihaknya ingin membukukan skrip naskah drama itu. "Kalau di luar negeri, buku skrip naskah drama itu sudah umum, tapi di sini masih belum ada, karena itu kami berencana membukukan skrip drama," katanya.
Pewarta: Edy M Ya`kub
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2014