Serang (ANTARA News) - Artis Tahun 1990-an Yessy Gusman berpendapat bahwa sistem pengajaran saat ini seharusnya tidak hanya dilakukan dengan cara konvensional, tetapi bisa dilakukan sambil bernyanyi. Yessy yang hadir dalam acara materi pelatihan guru pamong mengatakan, dengan sistem pengajaran sambil bernyanyi dan bersajak maka proses pembelajaran akan terjadi tidak satu arah. "Menyanyi dan bersajak membuat siswa lebih mudah berinteraksi dan mencerna yang diajarkan," katanya di Serang, Jumat. Yessy Gusman, artis yang beralih menjadi pengamat pendidikan mengatakan, cara mengajar saat ini seharusnya tidak lagi dilakukan dengan satu arah, sebab, hal tersebut akan mengurangi kreativitas siswa di sekolah. Menurut Yessy, kreativitas hanya akan bisa tumbuhkan ketika siswa diajak berbicara mengenai suatu persoalan dan bersama-sama diajak untuk memecahkan persoalan tersebut. Sementara lagu dan puisi yang terkait dengan suatu persoalan akan semakin membuat siswa menjadi lebih memahami suatu persoalan, sehingga mempermudah proses penguasaan materi yang diberikan guru kepada siswa. Sementara itu, Direktur Eksekutif Yayasan Sekolah Rakyat Indonesia (YSRI) Misbah Fikrianto menuturkan, meningkatkan kualitas guru dengan memberikan pengetahuan cara belajar mengajar merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas siswa. Selain itu, gurupun harus kreatif dalam mengkondisikan siswanya dalam memberikan materi, sehingga akan tercipta suasana yang komunikatif. Cara tersebut dapat memberikan motivasi pada guru agar mau memberikan pembelajaran kepada siswa yang kurang beruntung baik dari segi ekonomi maupun kemampuan intelektual juga memiliki cara khusus. Misbah memberikan alasan, kecenderungan siswa yang seperti itu berbeda dengan siswa pada umumnya, karena itu, perlu diberikan motivasi dengan cara memanggil orang yang sebelumnya mengalami masa sulit seperti itu dan sekarang berhasil. Sementara itu berdasarkan data dari Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, tercatat 495 ribu tamatan SD setiap tahun tidak melanjutkan ke tingkat SMP, dengan angka putus sekolah mencapai 154,6 ribu anak, selain itu, 1,98 juta anak usia 13 tahun hingga 15 tahun tercatat sekitar 500 ribu diantaranya tidak memiliki ijazah SD/MI. (*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006