Mataram (ANTARA News) - Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Nusa Tenggara Barat H Ali Rahim merasa prihatin dengan adanya sejumlah siswa yang ditangkap karena diduga berbuat mesum di sejumlah losmen pada jam belajar.
"Apa yang menjadi temuan itu bukan sekolah yang harus jadi sasaran utama. Merah, kuning, hijau perilaku anak tergantung kesungguhan orang tua memberikan pembinaan di rumah," katanya di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Senin.
Seperti diberitakan, Satuan Polisi Pamong Praja (Sat Pol PP) Kabupaten Lombok Barat, NTB, mengamankan tiga pasangan pelajar dan mahasiswa yang diduga berbuat mesum di sejumlah hotel melati di kawasan wisata Suranadi, Kabupaten Lombok Barat, Kamis (20/11).
Selain mengamankan pasangan siswa diduga berbuat asusila, aparat juga mengamankan dua pelajar yang diduga bolos sekolah karena berada di sekitar lokasi taman wisata Suranadi, Kecamatan Lingsar, pada jam belajar.
Menurut Ali Rahim, apa yang diperbuat oleh para siswa tersebut diluar kontrol pihak sekolah karena diduga mereka dari rumah langsung menuju ke lokasi tempat mereka ditangkap aparat.
Berbeda halnya ketika mereka sudah ke sekolah, kemudian membolos, tentu menjadi tanggung jawab dari pihak sekolah.
Oleh sebab itu, menurutnya, wajar jika pihak sekolah memberikan sanksi hingga pemberhentian karena setiap sekolah sudah meminta para siswa dan orang tua untuk menandatangani surat pernyataan untuk tidak membuat pelanggaran yang mencoreng nama baik sekolah.
"Setiap tahun ajaran baru para siswa dan orang tuanya disodorkan surat pernyataan. Jadi jika ada pemecatan merupakan sebuah konsekuensi yang harus diterima," ucapnya.
Ia mengatakan, sekolah adalah tempat mencetak generasi penerus bangsa yang beriman dan bertakwa dengan dilandasi nilai-nilai budi pekerti yang luhur.
Pewarta: Awaludin
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014