Pemanfaatan transaksi non-tunai itu juga dapat meminimalkan kebocoran,"
Yogyakarta (ANTARA News) - Pemerintah melalui Bank Indonesia terus mendorong masyarakat untuk menggunakan uang elektronik atau non-tunai dalam setiap transaksi, karena lebih efektif, akuntabel, dan transparan.
"Pemanfaatan transaksi non-tunai itu juga dapat meminimalkan kebocoran," kata Direktur Eksekutif Bank Indonesia (BI) Wilayah V Jateng-DIY Sutikno pada sosialisasi Gerakan Nasional Non-Tunai (GNTT), di Yogyakarta, Jumat.
Menurut dia, program tersebut diharapkan bisa diterima oleh masyarakat di seluruh Indonesia. Salah satu langkah untuk memasyarakatkan program tersebut adalah menggandeng perguruan tinggi seperti Universitas Gadjah Mada (UGM).
"Hal itu dilakukan karena Indonesia masih tertinggal dibandingkan beberapa negara lain khususnya di ASEAN dalam penggunaan transaksi uang elektronik," kata Sutikno.
Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Keuangan dan Sistem Informasi UGM Didi Achjari mengatakan UGM mendukung program GNNT. UGM sudah lama menjalankan program non-tunai seperti untuk pembayaran gaji dan pembayaran mitra.
"Dengan sistem non-tunai akan lebih akuntabel dan mudah untuk diaudit. Untuk menyukseskan program GNNT diharapkan ada sinergi antara perguruan tinggi dengan BI," katanya.
Dalam sosialisasi GNNT di UGM itu diperkenalkan hasil teknologi pengembangan dari AINO. Bentuknya adalah mesin yang menjual beberapa uang elektronik dari bank yang berbeda-beda.
Dengan adanya teknologi itu masyarakat diharapkan tidak perlu pergi ke berbagai bank untuk membeli kartu uang elektronik.
Pewarta: Bambang Sutopo Hadi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014