... masih suram...
Moskow/Kiev (ANTARA News) - Rusia memperingatkan Amerika Serikat, Kamis, tidak memasok senjata kepada pasukan Ukraina untuk memerangi kelompok pemberontak di Ukraina timur, beberapa jam semblum Wakil Presiden AS Joe Biden tiba Kiev.
Ukraina menuduh Presiden Rusia, Vladimir Putin, memperlakukan wilayahnya seperti lapangan pertandingan, berusaha menimbulkan perang skala penuh tanpa kendali, yang akan menimbulkan ancaman luas pada negara NATO.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Aleaxander Lukashevich, mengatakan, di Moskow bahwa seorang pejabat AS menyarankan agar Washington mempertimbangkan pengiriman senjata ke Ukraina, tempat pemberontak memerangi pasukan pemerintah sejak April, merupakan satu "tanda yang sangat serius".
Lukashevich memperingatkan pada satu perubahan penting dalam kebijakan pemerintah (AS) menyangkut konflik di Ukraina.
"Itu merupakan satu pelanggaran langsung perjanjian-perjanjan yang dicapai termasuk (perjanjian yang dicapai) dengan kesertaan Amerika Serikat," katanya.
AS mendukung Kiev dalam perjuangan menghadapi separatis pro-Rusia di dua wilayah Ukraina timur dan memberlakukan sanksi-sanksi terhadap Rusia menyangkut kebijakan-kebijakannya.
Di Washington juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Jeffrey Rathke, mengatakan, Amerika Serikat akan terus menilai bagaimana sebaiknya mendukung Ukraina" dan peluang tetap ada termasuk bantuan senjata.
"Saya kira kami berbicara tentang destabilisasi, kami telah memulainya dengan tindakan-tindakan terhadap Rusia dan kelompok separatis yang didukung Rusia," kata Rathke.
Moskow mendukung kelompok separatis tetapi membantah mendukung pemberontak dengan senjata-senjata dan pasukan dalam konflik yang PBB katakan telah menewaskan lebih dari 4.300 orang sejak pertengahan April.
PBB mengatakan angka kematian dalam konflik itu meningkat dalam delapan pekan belakangan ini kendatipun satu gencatan senjata yang ditandatangani di di Minsk pada 5 Septmber oleh Rusia, Ukraina dan pemberontak dari daerah-daerah separatis Donetsk dan Lugansk.
Diplomat Swiss untuk Organisasi bagi Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE), Heidi Tagliavini, pada Kelompok Kontak Tiga Negara mengenai Ukraina,mengutip laporan-laporan tentang peningkatan kekuatan militer baru. "Harapan masih suram," katanya.
Orang pilihan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, untuk mengisi orang nomor dua di Departemen Luar Negeri, Anthony Blinken mengemukakan pada dengar pendapat di Kongres pada Rabu, "Saya yakin bahwa pelanggaran serius Rusia pada perjanjian yang mereka tandatangani diharapkan mereka berpikir dua kali dan mencegah mereka bagi tindakan lebih jauh."
Caranya adalah memperkuat kemampuan pasukan Ukraina termasuk dengan peralatan pertahanan, katanya.
Blinken mengatakan ia yakin masalah bantuan peralatan militer akan dibicarakan dalam kunjungan Biden ke Kiev.
Perdana Menteri Ukraina Arseny Yatseniuk mengatakan Barat dan Ukraina memiliki kepentingan bersama untuk mencegah perang berskala luas.
"Tindakan-tindakan Putin adalah satu ancaman pada siapa pun, hukum internasional, perdamaian global, satu ancaman langsung pada negara-negara Uni Eropa dan NATO," katanya dalam satu jumpa wartawan.
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014