"Dari total 332 kejadian longsor, telah menyebabkan 262 orang meninggal dunia," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.
Oleh karena itu, BNPB mengimbau masyarakat, terutama yang tinggal di kawasan rawan longsor, untuk selalu meningkatkan kesiapsiagaan.
Beberapa gejala umum sebelum longsor ditandai oleh adanya keretakan tanah, amblesnya tanah pada lereng, penggembungan pada tebing lereng, miringnya pohon-pohon atau tiang-tiang pada lereng, munculnya rembesan air pada lereng secara tiba-tiba, dan mata air pada lereng menjadi keruh secara tiba-tiba.
Menurut Sutopo, sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami puncak hujan pada Januari 2015 sehingga potensi longsor dan banjir meningkat.
Daerah rawan longsor yang perlu memperoleh perhatian yaitu daerah-daerah pegunungan dan perbukitan di sepanjang Bukit Barisan dari Aceh, Sumut, Sumbar, Bengkulu, Sumsel, Lampung, Jawa dan Bali bagian tengah dan selatan, serta hampir sebagian besar wilayah di Sulawesi.
Longsor terakhir terjadi di Sumatera Barat pada Jumat (21/11) pagi. Hujan deras sejak Kamis (20/11) pukul 23.00 WIB hingga Jumat pukul 03.30 WIB menyebabkan longsor di 12 titik di sepanjang jalur lintas Sumatera mulai dari Muaro Linggau hingga Kiliranjawo, Kabupaten Sijunjung.
Longsor di Jorong Ranah Pinago, Nagari Siaua, Kecamatan Kamang Baru menyebabkan satu rumah yang berpenghuni empat orang roboh. Suami istri Gifrianto-Yur ditemukan selamat. Namun, dua anaknya, Romi (7) dan Gita (11), ditemukan dalam kondisi meninggal dunia di tempat.
Kerusakan lain adalah dua unit rumah. BPBD dan Dinas PU Kabupaten Sijunjung telah membersihkan jalan dari material longsor.
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014