"Berani beride. Jadi yang nomer satu saat aku bertemu banyak orang (kreator muda dan pemula) selama beberapa tahun terakhir itu, takut untuk spontan. Kadang-kadang mengesampingkan ide, tetapi lebih ke teknis, kayak belajar komputer," ujar Firman kepada ANTARA News beberapa waktu lalu di Jakarta.
"Padahal menurut aku, dari segi teknis semua orang bisa belajar," tambah dia. Firman menuturkan, seorang animator dapat menempuh berbagai cara agar mendapatkan ide yang bagus bagi karyanya nanti, misalnya melalui tontonan-tontonan di berbagai media.
"Terbuka saja dengan segala hal, media, tontonan. Kita belajar karya yang disukai masyarakat Indonesia seperti apa, karya yang lambat masuk ke Indonesia seperti apa," kata Firman.
Dia melanjutkan, bila diperhatikan, penonton cenderung menggemari suatu karya animasi karena ceritanya menarik. Pada titik itu, kata dia, beberapa pesan yang ingin disampaikan kreator pada penonton dapat tersampaikan.
"Penonton pertama kali menggemari karya animasi itu dari segi cerita. Dari sisi penyedia media pun sebenarnya tidak begitu peduli dengan teknis, yang penting tontonannya laku, terus bagus ceritanya. Artinya ide cerita dan beberapa pesan yang akan disampaikan," kata pria pemilik studio Lantingan itu.
Firman pun menyoroti kebiasaan umum para animator yang kerap sesumbar ingin menghasilkan animasi yang luar biasa, namun melupakan cerita.
"Kadang-kadang kita suka lebay kalau mau bikin karya, pokoknya harus keren banget, sampai lupa kalau cerita itu nomer satu. Gambarnya bagus, tetapi saat diputer (fimnya) orang enggak ngerti," ujar dia.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014