"Penguatan indeks dolar AS tertahan menyusul minat investor terhadap pasar berisiko kembali muncul sehingga mata uang di kawasan Asia meyoritas bergerak naik," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, melemahnya dolar AS itu seiring dengan penguatan mata uang yen Jepang setelah Menteri Keuangan Jepang mengkritik tajamnya pelemahan yen dalam beberapa hari terakhir ini.
Kendati demikian, lanjut dia, dolar AS masih mendapatkan dukungan dari data-data ekonomi Amerika Serikat yang cukup bagus dari prediksi, sementara data-data ekonomi di negara-negara Eropa lebih buruk dari proyeksi.
"Data ekonomi AS seperti indeks harga produsen (CPI), penjualan rumah kedua, dan indeks manufaktur Bank Sentral AS Philadelphia dirilis lebih bagus dari proyeksi. Sementara data ekonomi di kawasan Euro yaitu indeks aktivitas manufaktur dan sektor jasa dirilis lebih buruk dari prediksi pasar," katanya.
Analis PT Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong menambahkan bahwa fundamental ekonomi Indonesia ke depan masih dinilai positif sebagian pelaku pasar uang, kebijakan pemerintah yang telah menaikan harga bahan bakar (BBM) bersubsidi masih menjadi salah satu faktornya.
"Dinaikannya BBM akan berdampak positif jangka panjang bagi fundamental ekonomi karena ruang fiskal indonesia cenderung bertambang," katanya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Jumat (21/11) tercatat mata uang rupiah tidak bergerak nilainya atau stagnan di posisi Rp12.161 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014