Washington (ANTARA News) - Kutub Utara lebih hangat selama enam tahun terakhir dibandingkan kapan pun dalam sejarah, dan ditumbuhi makin banyak semak hijau, tak terdapat terlalu banyak es dan temperatur naik di belahan bumi beku yang dikenal dengan sebutan "permafrost" itu, kata beberapa ilmuwan Kamis. Namun terdapat tanda bahwa sebagian wilayah Kutub Utara mulai kembali ke tingkat temperatur lebih rendah yang terlihat pada pertengahan Abad Ke-20, kata para peneliti tersebut. Satu tim peneliti internasional, yang menjauh dari cerita anekdot mengenai beruang kutub yang kelaparan dan bertambahnya jumlah kebakaran hutan, mendapati bahwa kondisi di Kutub Utara bervariasi berdasarkan wilayah, tapi secara umum memperlihatkan penghangatan yang tak pernah terjadi sebelumnya. "Ini adalah suatu wilayah yang sedang berjuang untuk kembali ... dan oleh karenanya ada beberapa hal yang memperlihatkan tanda mengenai kembalinya kondisi kepada norma iklim sebelumnya, apa yang kita lihat dari 1950 sampai 1980," kata Jacqueline Richter-Menge dari Laboratorium Rekayasa dan Penelitian Wilayah Dingin di Hanover, New Hampshire, seperti dikutip Reuters. James Overland dari Lembaga Atmosfir dan Kelautan Nasional AS berkata, "Selama enam tahun terakhir, temperatur Kutub Utara berada di atas rata-rata dan ini merupakan situasi yang unik dibandingkan dengan data Abad Ke-20 yang kami miliki." "Jadi kita berada pada situasi baru, dan hasil ini juga didukung oleh kurangnya laut es yang terjadi di Kutub Utara," kata Overland dalam taklimat telefon. Ia berbicara bersama Richter-Menge dan peneliti lain. Petunjuk tersebut yang "berjuang untuk kembali", sebagaimana dikatakan Richter-Menge, meliputi beberapa bagian Samudra Kutub Utara bagian tengah dan sebagian pola angin telah mulai terlihat lebih mirip dengan apa yang ada sebelum penghangatan mendadak terjadi pada 1990-an. Indikator lain memperlihatkan kecenderungan ke arah cuaca hangat. Misalnya, luasnya laut es terus bertambah, dan pada September 2005 terlihat lebih sedikit jumlah laut es musim panas di Kutub Utara sejak pengamatan satelit dimulai pada 1979. Tingkat laut es musim dingin berada pada tingkat minimum pada Maret 2006, kata laporan itu. Para ilmuwan tersebut mendapati tanah lapang tanpa pohon di Kutub Utara berubah hijau, kebanyakan akibat berlimpahnya belukar, tapi pada saat yang sama tumbuhan hutan kurang hijau, mungkin akibat musim kemarau. Temperatur permafrost terus naik, kata laporan itu, kendati data mengenai betapa tebalnya permafrost tak terlalu menentukan. Di seluruh dunia, 2005 adalah tahun paling hangat sejak pencatatan dengan alat dimulai, dan kecenderungan penghangatan Kutub Utara memainkan peran besar dalam kasus itu, katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2006