Ramirez, yang menjabat sebagai menteri minyak selama 12 tahun sampai September dan sebagai presiden perusahaan minyak milik negara PDVSA, mengatakan harga yang adil untuk per barel minyak adalah 100 dolar AS.
Dia mengatakan negaranya akan membuat proposal untuk pemotongan produksi ketika OPEC mengadakan pembicaraan di Wina pada 27 November untuk pertemuan produksi penting.
Tetapi anggota OPEC dari Teluk, yang dipimpin oleh anggota utama Arab Saudi, bersiap untuk menentang pengurangan produksi kecuali mereka dijamin pangsa pasarnya dalam pasar yang sangat kompetitif, menurut para analis.
Dengan harga minyak mentah Brent North Sea kurang dari 80 dolar AS per barel, turun lebih dari 25 persen sejak Juni, Venezuela dan banyak produsen minyak utama lainnya merasa terjepit.
"Tidak, tidak produsen maupun konsumen tertarik harga rendah, karena tidak ada yang akan melakukan investasi untuk memulihkan kapasitas produksi dan kemudian beberapa tahun kemudian, kita kembali akan melihat skenario di mana harga di atas 100 dolar AS per barel," kata Ramirez, yang akan mewakili negaranya di pertemuan OPEC minggu depan.
Dia menyatakan bahwa pemotongan produksi "bisa menaikkan harga lagi."
Ramirez berbicara setelah melakukan perjalanan ke negara-negara OPEC dan negara-negara non-OPEC, termasuk Aljazair, Iran, Meksiko, Qatar, Rusia dan Arab Saudi.
Setiap penurunan satu dolar untuk minyak Venezuela diterjemahkan menjadi kekurangn sekitar 720 juta dolar AS per tahun bagi negara itu, menurut perkiraan oleh Barclays.
Venezuela bergantung pada ekspor minyak mentah untuk 96 persen mata uang asingnya, dan krisis harga telah menambahkan sakit kepala pemerintah yang sudah kesulitan untuk menghentikan inflasi yang merajalela dan mengurangi kekurangan pangan dan obat yang bergantung pada uang minyak untuk mengimpornya.
Venezuela dan Ekuador telah secara terbuka menyerukan OPEC, kartel penghasil minyak beranggotakan 12-anggota, untuk menerapkan pemangkasan produksi dalam upaya menopang harga, tetapi negara-negara OPEC terpecah dalam masalah ini, demikian laporan AFP.
(Uu.A026)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014