"Selama ini masyarakat kurang sadar akan pentingnya mitigasi bencana, padahal Indonesia merupakan negara yang rawan bencana alam. Pendirian komunitasi itu merupakan salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat melek bencana," kata dosen Fakultas Geografi UGM Noorhadi Rahardjo di Yogyakarta, Kamis.
Ia mengatakan melalui dua komunitas tersebut masyarakat diharapkan dapat belajar sekaligus berlatih melakukan mitigasi bencana.
Dengan demikian, kata dia, ketika nanti terjadi bencana masyarakat dapat secara aktif melakukan upaya penyelamatan, bukan pasif menunggu bantuan pertolongan datang.
"Komunitas sadar bencana tersebut merupakan hasil adopsi dari asosiasi sadar mitigasi bencana dari Jepang," katanya.
Bokomi adalah asosiasi berbasis kemasyarakatan yang dibentuk dengan tujuan membentuk keahlian masyarakat dalam melakukan mitigasi bencana, sedangkan IKC adalah asosiasi yang ditargetkan untuk anak-anak sekolah dengan tujuan membentuk sikap mental sejak dini yang beranggotakan relawan dari kalangan akademisi.
Menurut dia, tidak mudah membentuk cara pandang masyarakat untuk menyadari akan pentingnya tanggap terhadap bencana termasuk terlibat dalam kegiatan yang mereka buat.
Pada awal pembentukan organisasi hanya diikuti dua peserta pelatihan kebencanaan. Namun, seiring berjalannya waktu masyarakat yang bergabung dalam komunitas semakin banyak hingga terbentuk satu kelompok di Kampung Badran dengan koordinator di setiap RT-nya.
"Setelah empat tahun merintis, terbentuk sembilan kelompok yang tersebar di berbagai kampung di sekitar Kota Yogyakarta," katanya.
Pewarta: Bambang Sutopo Hadi
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014