Pontianak (ANTARA News) - Mantan Menteri Dalam Negeri yang juga Wakil Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, Hari Sabarno menyatakan hendaknya masyarakat Indonesia dapat mengambil hikmah dan nilai positif dari kunjungan Presiden Amerika Serikat, George Walker Bush pada 20 November 2006. "Kalau hasil dari pembicaraan antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan George Walker Bush, hanya akan merugikan kita, dan malah dijadikan budaknya maka kita wajib menolak," kata Hari Sabarno, seusai pelantikan Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) PKPI Kalimantan Barat, periode 2006-2011, di Aula Asrama Haji Pontianak, Kamis. Ia mengatakan, sebaiknya para elit politik yang telah mendukung kepemimpinan SBY tidak terlalu meributkan kedatangan Bush ke Indonesia, karena kalau ditolak dengan pernyataan yang tidak jelas, maka dunia akan memandang kesan negatif bangsa Indonesia. "Karena toh penerimaan kunjungan Bush ke Indonesia telah menjadi keputusan SBY," ujarnya. Sementara sebelumnya, dari Jakarta dilaporkan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Umar Shihab, menyetujui materi pembicaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Presiden AS George W Bush di Istana Bogor 20 November, namun MUI mengingatkan Washington untuk tidak mendikte Indonesia. "MUI menyetujui pembicaraan tersebut asal untuk kepentingan bangsa ini," kata Ketua MUI Umar Shihab kepada pers usai menemui Yudhoyono di Kantor Kepresidenan. Alasan MUI untuk menyetujui materi pertemuan kedua presiden itu karena peningkatan sektor pendidikan, teknologi pemberantasan kemiskinan, dan pengangguran memang merupakan hal yang sangat penting bagi Indonesia. Ketika ditanya wartawan apakah MUI menyetujui kunjungan Presiden Bush tersebut, Umar berkata, "MUI tidak dalam kapasitas untuk menolak atau menerima kunjungan tersebut". Sementara itu, tentang keinginan berbagai kelompok masyarakat untuk berunjukrasa, ia mengatakan presiden menegaskan tidak ada masalah mengenai unjukrasa selama kegiatan tersebut tidak melanggar peraturan dan hukum yang ada. "Silahkan berdemontrasi tapi jangan merusak," kata Umar mengutip ucapan Yudhoyono. Ia menyebutkan pula materi pembicaraan kedua kepala pemerintahan itu ditentukan sendiri oleh Indonesia. Presiden menegaskan agenda pembicaraan tersebut ditentukan oleh Indonesia dan bukannya oleh Presiden Bush. Sementara Kepala Dinas Operasi Pangkalan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma, Kolonel Gutomo, mengatakan telah datang dua helikopter Sikorsky "Black Hawk" milik Angkatan Udara Amerika Serikat (US Air Force) tiba di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, hari ini untuk mendukung pengamanan kunjungan Presiden AS George Walker Bush ke Indonesia pada 20 November 2006. Untuk mengamankan kunjungan orang nomor satu AS itu, TNI mengerahkan unsur tempur tiga pesawat F-16 Fighting Falcon, enam pesawat Hawk 100/200 dari Pangkalan Udara Supadio Pontianak, dan tujuh Hawk 100/200 dari Pangkalan Udara Pekanbaru.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006