London (ANTARA News) - Separuh dari jumlah korban praktik perbudakan di ekonomi modern hari ini tinggal di India.
Seperti dikutip dari Indeks Perbudakan Dunia/The Global Slavery Index (GSI) 2014, yang dirilis The Walk Free Foundation di London, Senin (17/11), sekitar 14.285.700 orang di India diperkirakan masih terjebak di kondisi perbudakan yang sangat buruk.
"Perbudakan bukan hanya menimpa orang dewasa, tapi juga anak-anak," kata Manan Ansari, korban perbudakan anak di India, di Trust Women Conference (TWC) 2014, di London, Rabu.
Ia menceritakan pengalamannya saat berusia enam tahun dan dipaksa bekerja di sebuah pertambangan pasir.
"Di depan mata saya, saya melihat satu teman meninggal karena tertimpa bata dan pasir," kata Manan yang kini menjadi pegiat penghapusan praktik perbudakan anak.
Menurut Manan, tidak ada anak yang boleh menjadi buruh dan budak di seluruh dunia.
Pria muda yang berasal dari Nepal dan dipekerjakan di India itu menegaskan bahwa semua pihak harus bekerja dengan cepat untuk menyudahi perbudakan di dunia.
"Satu detik, satu menit terlamat saja sudah sangat berarti buat mereka," katanya. (Baca juga: Lima negara dengan angka perbudakan tertinggi)
Desakan yang dinyatakan Manan mendapat dukungan dari Nick Grono, Presiden The Freedom Fund.
"Perbudakan yang ada di India terjadi tanpa aling-aling. Sangat jelas di depan mata, padahal itu adalah tindakan ilegal," ujar Nick.
Ia melanjutkan dengan menjabarkan tiga faktor yang membuat praktik perbudakan masih saja terjadi di mana-mana.
"Faktor pertama adalah kebutuhan mendapatkan buruh dengan upah yang murah. Buruh yang mau dibayar murah memberikan keuntungan sangat besar buat pemilik modal dan jaringan perdagangan manusia," kata dia.
Berikutnya adalah kerentanan pribadi, termasuk kemiskinan, minoritas, dan persoalan keluarga.
Faktor terakhir yang juga sangat penting adalah penegakan hukum yang sangat lemah, dengan aparat hukum yang korup, tambahnya.
"Tapi kita bisa membantu menyudahi praktik perbudakan ini dengan membantu korban menjalani proses hukum di pengadilan. Korban harus dibuat berdaya untuk menuntut hak-haknya," ujar Nick.
Salah satu rekomendasi yang dikeluarkan The Free Foundation dan Thomson Reuters Foundation terkait dengan masifnya perbudakan di India adalah membiayai setiap korban menggugat para pelaku aksi perbudakan.
"Di India kita bisa menyewa seorang pengacara dengan biaya lima dolar untuk tiap klien, untuk setiap kasus," demikian katanya merinci program dukungan hukum buat para korban.
Pewarta: Ella Syafputri
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014