Kenaikan harga BBM, kata dia di Semarang, Selasa, sedikit banyak akan memengaruhi ongkos produksi industri.
Dalam jangka pendek, menurut Cahyanto, akan berpengaruh pada penurunan besaran laba perusahaan. Hal inilah yang selanjutnya berdampak pada pasar saham.
Beberapa sektor saham yang berpotensi mengalami penurunan transaksi dalam waktu yang relatif cukup lama, yaitu properti, manufaktur, dan perbankan.
"Penurunan ini terjadi karena masyarakat masih menunggu kondisi benar-benar pasti salah satunya terkait dengan harga jual," ucapnya.
Selain itu, lanjut dia, untuk bertransaksi melalui perbankan mereka juga masih menunggu kepastian suku bunga.
Diakuinya, kondisi tersebut biasa terjadi pada kenaikan harga BBM pada tahun-tahun sebelumnya. Kenaikan harga BBM juga akan berpengaruh terhadap penurunan daya beli di kalangan masyarakat.
"Penurunan daya beli di kalangan masyarakat ini yang berpengaruh terhadap pergerakan saham. Kalau dampak secara ekonomi, yaitu terjadinya inflasi," jelasnya.
Penurunan daya beli tersebut akan sangat terasa di kalangan masyarakat level menengah ke bawah. Penghasilan mereka tidak terlalu besar, tetapi terpaksa harus membeli kebutuhan hidup dengan harga lebih tinggi dibandingkan biasanya.
Meski demikian, kondisi tersebut tidak akan berlangsung lama, seiring dengan waktu mereka akan makin terbiasa menghadapi penyesuaian harga barang-barang sebagai dampak dari kenaikan harga BBM tersebut.
"Selanjutnya, daya beli masyarakat akan kembali meningkat seperti sediakala, kondisi ini biasa terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Kondisi akan kembali seperti semula sekitar 3--4 bulan lagi, selanjutnya pasar saham juga akan normal kembali," jelasnya.
Pewarta: Aris Wasita Widiastuti
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014