Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS turun menjadi Rp11.040/11.060 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp10.900/11.120 atau melemah 140 poin. Sementara itu pada sesi pagi merosot 220 poin.
Direktur Utama PT Financorpindo, Edwin Sinaga di Jakarta, Selasa mengatakan, berkurangnya tekanan negatif pasar terhadap rupiah, karena Bank Indonesia (BI) kembali melakukan pengawasan ketat terhadap bank-bank Asing yang bermain valas.
Selain itu BI juga masuk ke pasar dengan melepas cadangan dolarnya agar tekanan terhadap rupiah berkurang, ucapnya.
Meski demikian, lanjut dia posisi rupiah masih berada di atas level yang aman, setelah mampu bertahan beberapa pekan di bawah angka Rp11.000 per dolar AS.
Karena itu kedepan rupiah masih dapat kembali menguat, apalagi pemerintah berusaha mencari dana tambahan untuk mendorong sektor rill tumbuh dengan, katanya.
Kucuran dana pemerintah sebesar Rp50 triliun, menurut dia yang akan ditujukan ke sektor usaha mikro kecil dan menengah merupakan langkah yang tepat karena sektor tersebut merupakan sektor yang tahan banting.
Apalagi pertumbuhan ekonomi nasional sebagian besar didukung oleh sektor tersebut, ujarnya.
Ia mengatakan, kedepan rupiah masih berpeluang untuk menguat dengan membaiiknya inflasi Desember sehingga menjadi deflasi 0,04 persen yang menekan suku bunga acuan (BI Rate) kembali bergerak turun.
Apabila BI Rate turun maka diperkirakan suku bunga bank juga akan bergerak turun meski tidak dalam waktu yang bersamaan, ucapnya.
Edwin Sinaga mengatakan, besarnya tekanan terhadap rupiah yang terjadi sejak pagi sampai sore ini, karena meningkatnya pembelian dolar oleh pelaku pasar.
Pelaku pasar membeli dolar AS dalam jumlah besar yang terpicu oleh membaiknya mata uang asing itu terhadap mata uang utama Asia.(*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009