Jakarta (ANTARA News) - Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung menyebabkan 92 persen atau 172 spesies ikan yang dulu ada di perairan itu menghilang, kata Kepala Museum Zoologycum Bogoriense Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof Rosichon Ubaidillah.
"LIPI mencoba menelusuri kembali di sungai anakannya, mungkin masih tersisa," kata Rosichon di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan pendangkalan sungai, pembuangan limbah kimia maupun plastik ke sungai, dan banjir besar membuat spesies-spesies ikan tertentu tidak bisa lagi hidup di DAS Ciliwung.
"Dulu memang pernah ada banjir tapi struktur ekosistemnya masih ada tempat untuk berlindung. Sekarang enggak ada. Batu diambil, semua dirusak," katanya.
Menurut data yang dikumpulkan LIPI tahun 1910 hingga 2013, ikan yang sudah tidak ada lagi di Sungai Ciliwung antara lain belida, putak (Notopterus notopterus), berukung (Barbichthys laevis), brek (Barbonymus balleroides), keperas (Cyclocheilichthys apogon) dan ikan hitam (Labeo chrysopekadion).
Sementara spesies ikan yang lain seperti ikan hampal (Hampala macrolepidota), genggehek (Mystacoleucus marginatus) dan baung (Hemibagrus nemurus) sekarang terancam keberadaannya.
Rosichon menambahkan hilangnya spesies-spesies ikan tersebut juga disebabkan oleh ikan invasif seperti sapu-sapu, bawal dan alligator gar.
Dr. Renny Kurnia Hadiaty dari Pusat Penelitian Biologi LIPI mengatakan penting untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat di sekeliling Ciliwung supaya tidak menebar racun atau menyetrum ketika mengambil ikan.
"Tidak lagi mengintroduksi ikan, contohnya sapu-sapu, bawal, alligator, yang merupakan kompetitor ikan asli," katanya.
Ia juga mengimbau masyarakat tidak lagi membuang sampah ke sungai agar spesies-spesies ikan di DAS Ciliwung tidak lagi hilang.
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014