Medan (ANTARA News) - Rainforest Action Network (RAN) sebagai lembaga pemerhati hutan lindung merilis laporan tentang ancaman kepunahan ekosistem Leuser akibat penggundulan hutan untuk kepentingan perkebunan sawit.
Dalam siaran pers yang diterima Antara di Medan, Kamis, staf media Rainforest Action Network (RAN) Fitri Sukardi mengatakan, "malapetaka" bagi kelangsungan ekosistem Leuser itu semakin besar dengan adanya persetujuan rencata tata ruang Provinsi Aceh terhadap kawasan tersebut yang sudah diajukan ke presiden.
Menurut dia, ekosistem Leuser memiliki peran penting dalam pengaturan iklim global dengan cadangan karbon yang sangat besar di lahan gambut dan hutan dataran rendah yang masih ada.
Keberadaan kawasan Leuser tersebut memberikan kontribusi dalam penyediaan air bersih untuk jutaan manusia yang tinggal di Aceh dan Sumatera Utara, terutama bagi masyarakat adat.
Namun RAN mendapatkan laporan berdasarkan berbagai studi kasus, riset rantai pasokan, dan investigasi lapangan mengenai ancaman kepunahan eksositem Leuser.
Ancaman tersebut muncul akibat aktivitas sejumlah perusahaan perkebunan yang menimbulkan konflik tanah dan penggundulan hutan yang menggerogoti tepian area kawasan itu.
Direktur Kampanye Agribisnis RAN Gemma Tillack mengatakan, ekosistem Leuser adalah salah satu lanskap yang paling kaya dengan keanekaragaman hayati di dunia dan memberikan harapan bagi berjuta manusia untuk mendapatkan makanan dan air.
Namun masa depan "warisan alam Indonesia" yang menjadi rumah bagi berbagai hewan dilindungi seperti harimau, orang utan, badak, gajah, dan beruang madu tersebut terancam punah.
"Pedagang minyak kelapa sawit yang bersumber dari ekosistem Leuser harus segera memutuskan ikatannya dengan penghancuran kekayaan alam yang tidak dapat digantikan itu," katanya.
Ia mengatakan, dengan luas sekitar 6,5 juta hektare, ekosistem leuser merupakan hamparan kekayaan alam yang dipenuhi hutan lindung dataran rendah tropis yang ditutupi awan dan rawa-rawa gambut beruap.
Dengan berbagai keistimewaannya, ekosistem Leuser menjadi salah satu kawasan keanekaragaman hayati yang paling banyak didokumentasikan secara sains karena merupakan tempat terakhir hewan seperti orang utan, gajah, harimau, badak, dan beruang madu hidup bersama.
Meski dilindungi berdasarkan peraturan di Indonesia, tetapi kawasan ekosistem Leuser tetap mengalami kehancuran akibat pengembangan besar-besaran dari industri kelapa sawit, dan perkebunan kayu bubur kertas.
"Kini, ekosistem Leuser yang memiliki peran penting dalam keberlanjutan kesejahteraan jutaan manusia berada pada persimpangan yang sangat menentukan," katanya.
Menurut dia, RAN merasa prihatin karena perusahaan yang memiliki aktivitas di kawasan ekosistem Leuser tersebut adalah perusahaan milik negara dan perusahaan swasta yang mempunyai perkebunan di seluruh Indonesia serta memiliki produksi yang tersebar di seluruh dunia.
Kondisi itu semakin memprihatinkan dengan adanya revisi tata ruang Aceh yang mendukung pengembangan industri besar-besaran di kawasan ekosistem Leuser, tetapi berpotensi menimbulkan risiko bencana alam.
"Rencana tata ruang Aceh yang direvisi akan menjadi malapetaka bagi jutaan rakyat Aceh yang tergantung pada ekosistem Leuser," kata Tillack.
Pewarta: Irwan Arfa
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014